Laman

Jumat, 31 Mei 2013

Leaflet - Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) Padi Sawah Irigasi


 Prinsip dasar pengelolaan tanaman terpadu (PTT). adalah : a) bersifat spesifik lokasi, b) melalui pendekatan partisipatif, c) mengintegrasikan komponen teknologi yang memberikan pengaruh secara sinergis dan bersifat dinamis dapat berubah sesuai dengan kebutuhan.
PENYIAPAN LAHAN
Penyiapan lahan - situsmadu.blogspot.com
Pengolahan tanah sempurna dengan perbandingan lumpur dan air 1 : 1, gunakan bajak singkal dengan kedalaman 20 cm dan genangi 7 - 15 cm. Pembajakan kedua diikuti penggaruan/ penggelebekan untuk meratakan tanah. Pemberian kompos jerami atau kotoran sapi 1 - 2 t/ha. Untuk sawah yang mempunyai lapisan olah dalam, langsung dilakukan penggelebekan atau penggaruan tanpapembajakan. Untuk tanah porus atau bertekstur ringan dapat dilakukan dengan tanpa olah tanah (TOT) dengan menyemprotlahan menggunakan herbisida, kemudian setelah kering jerami padi dan rumput ditebas dibiarkan pada areal pertanaman kemudian digenangi.

VARIETAS UNGGUL BARU
Varietas bibit unggul
Pilihan varietas disesuaikan dengan lokasi setempat (misal, kalau endemic penyakit tungro pilih varietas tahan ungro). Varietas padi berupa Ciherang, Mekongga, Inpari 1 dll.

PENYIAPAN BENIH SEHAT
Pilih benih dengan menggunakan air garam 3 %. Benih yang digunakan hanya benih yang tenggelam, benih dibilas dengan air untuk mencuci garam. Cara lain dengan menggunakan larutan ZA dengan perbandingan 1 kg ZA untuk 2,7 liter air. Benih yang diperlukan unuk cara tanam pindah 15 kg/ha.

PERSEMAIAN DAN BIBIT
persemaian
Luas persemaian 4 % dari luas pertanaman. Pada areal persawahan perlu dibuat bedengan dengan lebar 1 - 1,2 m dan panjang bedengan sesuai petakan atau antara 10 - 20 m. Tidak membuat persemaian di lokasi yang sedang atau pernah terjangkit penyakit tungro atau terserang hama penggerek batang. Tidak membuat persemaian di dekat lampu atau sumber cahaya di malam hari, agar bibit terhindar dari serangan penggerek batang atau kepinding tanah. Untuk daerah endemik hama penggerek batang dan wereng coklat perlu diantisipasi dengan memberi seed treatment 30 - 50 gr/60 kg benih insektisida fipronil. Bibit dipupuk urea dengan dosis 20 - 40 g/m2. Penanaman dilapangan dilakukan pada saat bibit berumur 10 - 15 hari.

PENANAMAN
penanaman dengan mesin
Penanaman dengan sistem tanam pindah atau tapin, jarak tanam bujur sangkar 20 x 20 cm dengan 1 - 3 tanaman/lubang dan tanam jajar legowo 2 : 1 atau 4 : 1. Penanaman bibit muda umur 10 - 15 hari setelah sebar dengan 1 - 3 batang per rumpun.

PEMUPUKAN
Pupuk Anorganik
Pemberian pupuk urea dengan menggunakan bagan warna daun sedangkan P dan K berdasarkan analisis tanah dan petak omisi. Optimalisasi penggunaan pupuk N /urea dapat dilakukan dengan penggunanan bagan warna daun (BWD).
Tabel 1. Acuan pemberian pupuk P dan K untuk tanaman padi sawah
Status hara P & K tanah
Kadar P2O5(mg/100g tanah)
Takaran P (kg SP36/ha/musim)
Kadar K2O (mg/100g tanah)
Takaran K (kg KCL/ha/musim)
Rendah
<20
125
<10
50
Sedang
20-40
75
10-20
0**
Tinggi
>40
50*
>20
0
* Dapat diberikan satu kali dua musim
** Diberi sisa jerami padi setara 2 ton/ha
Pupuk Organik
Bahan organik adalah bahan yang berasal dari limbah tanaman, kotoran hewan atau hasil dari pengomposan seperti kotoran sapi, kotoran ayam, jerami atau sisa tanaman lain, pupuk hijau dan hasil atau sisa pangkasan tanaman kacang-kacangan. Gunakan pupuk organik 1 - 2 t/ha.

pengendalian gulma dengan alat
PENGENDALIAN GULMA
Pengendalian gulma dengan gasrok 3 kali pada saat umur 25, 36 dan 45 HST. Teknis pengendalian gulma dengan cara mengeringkan air sebelum pengendalian, pengendalian dengan tangan atau alat mekanik dan diulangi 2 - 3 kali sampai tajuk tanaman padi menutup tanah serta dapat menggunakan herbisida sesuai anjuran.




PENGELOLAAN AIR
pengelolaan air
Sewaktu tanam bibit padi, tanah sawah dalam kondisi macak-macak, secara berangsur-angsur tanah diairi 2 - 5 cm hingga tanaman berumur 0 - 5 HST. Pengeringan petakan sawah dilakukan dengan membiarkan air dalam petakan habis dengan sendirinya, biasanya kering setelah 5 - 6 hari bergantung cuaca dan tekstur tanah. Setelah permukaan tanah retak selama 2 hari, petakan sawah diairi seinggi 5 - 10 cm. Selanjutnya pengeringan dan pengairan kepetakan sawah dilakukan sampai tanaman masuk fase pembungaan, sejak fase berbunga hingga 10 hari sebelum panen, lahan terus diairi dengan tinggi air sekitar 5 cm. Sejak 10 hari sebelum panen hingga saat panen lahan dikeringkan untuk mempercepat dan meratakan pemasakan gabah dan memudahkan panen.
pemanenan

PANEN DAN PASCA PANEN
Pemanenan dilakukan dengan system beregu (UPJA) dan perontokan gabah menggunakan mesin perontok seperti pedal thresher dan power thresher. Gabah hasil panen dikeringkan hingga mencapai kadar air maksimum 18 %, pengeringan dapat dilakukan dengan cara menjemur atau menggunakan alat pengering (dryer) jika panen berlangsung pada musim hujan. Setelah kering gabah disimpan pada kadar air 14 %.


SUMBER BACAAN
Budidaya Tanaman Padi Sawah. Dalam http://petunjukbudidaya.blogspot.com/2013/01/budidaya-tanaman-padi-sawah.html di unduh Sabtu, 2 April 2013. Pukul 12.47 Wita
Teknologi Budidaya Padi. BP2TP. 2008. Dalam http://pustaka.litbang.deptan.go.id/bppi/lengkap/bp2tp08padi.pdf di unduh Sabtu, 2 April 2013. Pukul 12.49 Wita


TEKNOLOGI BUDIDAYA TANAMAN PADI SAWAH


A.     PENDAHULUAN
http://data.tribunnews.com/foto/bank/images/Padi_Jajar_Legowo.jpg
Salah satu tantangan dalam pembangunan pertanian adalah adanya kecenderungan menurunnya produktivitas lahan. Disisi lain sumberdaya  alam terus menurun sehingga perlu diupayakan untuk tetap menjaga kelestariannya. Demikian pula dalam usahatani padi, agar usahatani padi dapat berkelanjutan, maka teknologi yang diterapkan harus memperhatikan faktor lingkungan, baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial, sehingga agribisnis padi dapat berlanjut.
Selama ini produksi padi nasional masih mengandalkan sawah irigasi, namun ke depan bila hanya mengandalkan padi sawah irigasi akan menghadapi banyak kendala. Hal tersebut disebabkan banyaknya lahan sawah irigasi subur yang beralih fungsi ke penggunaan lahan non pertanian, tingginya biaya pencetakan lahan sawah baru dan berkurangnya debit air.  Dilain pihak lahan kering tersedia cukup luas dan pemanfaatannya untuk pertanaman padi gogo belum optimal, sehingga ke depan produksi padi gogo juga dapat dijadikan andalan produksi padi nasional. 
Salah satu strategi dalam upaya pencapaian produktivitas usahatani padi adalah penerapan inovasi teknologi yang sesuai dengan su mberdaya pertanian disuatu tempat (spesifik lokasi). Teknologi usahatani padi spesifik lokasi tersebut dirakit dengan menggunakan pendekatan Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT). 
PTT padi merupakan suatu pendekatan inovatif dalam upaya peningkatan efisiensi usahatani padi dengan menggabungkan komponen teknologi yang memiliki efek sinergistik. Artinya tiap komponen teknologi tersebut saling menunjang dan memberikan pengaruh yang lebih baik terhadap pertumbuhan dan produktivitas tanaman.

B.      SYARAT TUMBUH
Pada lahan basah (sawah irigasi),  curah hujan bukan merupakan faktor pembatas tanaman padi, tetapi pada lahan kering tanaman padi membutuhkan curah hujan yang optimum >1.600 mm/tahun. Padi gogo memerlukan bulan basah yang berurutan minimal 4 bulan. Bulan basah adalah bulan yang mempunyai curah hujan >200 mm dan tersebar secara normal atau setiap minggu ada turun hujan sehingga tidak menyebabkan tanaman stress karena kekeringan. Suhu yang optimum untuk pertumbuhan tanaman padi berkisar antara 24-29oC.
Untuk padi gogo biasa ditanam pada lahan kering dataran rendah, sedangkan pada areal yang lebih terjal dapat ditanami di antara tanaman keras.  Tanaman padi dapat tumbuh pada berbagai tipe tanah.  Reaksi tanah (pH) optimum berkisar antara 5,5-7,5.  Permeabilitas pada sub horison kurang dari 0,5 cm/jam. Kriteria  kesesuaian  lahan  dan iklim untuk tanaman padi sawah dan padi gogo dapat dilihat pada Lampiran 1 dan Lampiran 2.
Selain agroekosistem, cara pengelolaan tanaman juga mempengaruhi keberlanjutan agribisnis padi. Dengan menerapkan pengelolaan tanaman terpadu (PTT) keberlanjutan agribisnis padi dapat diwujudkan. Saat ini hampir seluruh teknologi budidaya tanaman menggunakan konsep PTT, termasuk budidaya padi sawah dan padi gogo.

C.      TEKNOLOGI BUDIDAYA
1.      Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) Padi Sawah
Penerapan PTT  didasarkan pada empat prinsip,  yaitu:
a)      Terpadu :  PTT merupakan suatu pendekatan agar sumber daya  tanaman, tanah dan air dapat dikelola dengan sebaik-baiknya secara terpadu.
b)      Sinergis: PTT memanfaatkan teknologi pertanian terbaik, dengan memperhatikan keterkaitan yang saling mendukung antar komponen teknologi.
c)      Spesifik lokasi:  PTT memperhatikan kesesuaian teknologi dengan lingkungan fisik maupun sosial budaya dan ekonomi petani setempat.
d)      Partisipatif: berarti petani turut berperan serta dalam memilih dan menguji teknologi yang sesuai dengan kondisi setempat dan kemampuan petani melalui proses pembelajaran dalam bentuk laboratorium lapangan.
Agar komponen teknologi yang dipilih sesuai dengan kebutuhan setempat, maka proses perakitannya didasarkan pada hasil Kajian Kebutuhan dan Peluang (KKP). Dari hasil KKP dapat diketahui masalah yang dihadapi petani dan cara-cara mengatasi masalah tersebut dalam upaya meningkatkan produksi padi. Untuk memecahkan masalah tersebut, PTT menyediakan beberapa pilihan komponen teknologi, yang dibedakan menjadi  komponen teknologi dasar dan komponen teknologi pilihan.
Komponen teknologi dasar dalam PTT yaitu: 
1.      Penggunaan varietas padi unggul atau varietas padi  berdaya hasil tinggi dan atau bernilai ekonomi tinggi.
2.      Benih bermutu dan berlabel.
3.      Pemupukan berimbang berdasarkan kebutuhan tanaman dan status hara tanah (spesifik lokasi).
4.      Pengendalian hama dan penyakit secara terpadu (PHT).
Komponen teknologi pilihan dalam  PTT yaitu : 
1.      Penanaman bibit umur muda dengan jumlah bibit terbatas yaitu antara 1-3 bibit per lubang.
2.      Peningkatan populasi tanaman.
3.      Penggunaan kompos bahan organik dan atau pupuk kandang sebagai pupuk dan pembenah tanah.
4.      Pengaturan pengairan d an pengeringan berselang, 
5.      Pengendalian gulma 
6.      Panen tepat waktu, 
7.      Perontokan gabah sesegera mungkin. 

2.      Varietas Unggul 
Gunakan VUB (varietas unggul baru) yang  mampu beradaptasi  dengan lingk ungan untuk  menjamin pertumbuhan  tanaman yang baik,  hasil tinggi dan kualitas  baik serta  rasa nasi diterima pasar. Tanam VUB secara bergantian untuk memutus siklus hidup  hama dan penyakit. Saat ini telah tersedia ber bagai varietas unggul  yang dapat dipilih se suai dengan kond isi wilayah, mempunyai produktivitas tinggi, dan sesuai permintaan konsumen.

3.      Benih Bermutu
Benih bermutu adalah benih dengan daya tumbuh (vigor) tinggi dan bersertifikat.  Pemilihan benih bermutu dilakukan dengan cara:
ü  Merendam benih dalam larutan garam dengan menggunakan indikator telur.  Telur diletakkan didasar air dan masukkan garam sampai telur mulai terangkat kepermukaan, kemudian telur diambil dan benih dimasukkan ke dalam air garam, selanjutnya benih yang mengambang dibuang.
ü  Dapat juga dengan cara membuat larutan garam dapur (30 gr garam dapur dalam 1 lt air) atau larutan pupuk  ZA (1 kg pupuk ZA dalam 2,7 lt air), masukkan benih ke dalam larutan garam atau pupuk ZA (Volume larutan 2 kali volume benih), kemudian diaduk-aduk dan benih yang mengambang dibuang.
Keuntungan menggunakan benih bermutu :
a)      Benih tumbuh cepat dan serempak.
b)      Jika disemaikan akan menghasilkan bibit yang tegar dan sehat.
c)      Pada saat ditanam pindah, bibit tumbuh lebih cepat
d)      Jumlah tanaman optimum, sehingga akan memberikan hasil yang tinggi.

4.      Persemaian
Untuk keperluan penanaman seluas 1 ha, benih yang dibutuhkan sebanyak ± 20 kg.  Benih bernas (yang tenggelam) dibilas dengan air bersih dan kemudian direndam dalam air selama 24 jam. Selanjutnya diperam dalam karung selama 48 jam dan dijaga kelembabannya dengan cara membasahi karung dengan air. Untuk benih hibrida langsung direndam dalam air dan selanjutnya diperam. Luas persemaian sebaiknya 400 m2/ha (4% dari luas tanam).  Lebar bedengan pembibitan 1,0-1,2 m dan diberi campuran pupuk kandang, serbuk kayu dan abu sebanyak 2 kg/m2. Penambahan ini memudahkan pencabutan bibit padi sehingga kerusakan akar bisa dikurangi.  Antar bedengan dibuat parit sedalam 25-30 cm.

5.      Persiapan Lahan
Pengolahan tanah dapat dilakukan secara sempurna (2 kali bajak  dan 1 kali garu) atau, olah tanah minimal atau tanpa olah tanah sesuai keperluan dan kondisi. Faktor yang menentukan adalah  kemarau panjang, pola tanam, jenis/tekstur  tanah.  Dua minggu sebelum pengolahan tana h  taburkan bahan organik se cara  merata diatas hamparan  sawah. Bahan organik yang digunakan dapat berupa pupuk kandang sebanyak 2 ton/ha atau kompos jerami sebanya k  5 ton/ha.




6.      Penanaman 
Tanam bibit muda (<21 HSS, h a ri setelah  sebar),  sebanyak 1-3 bibit/rumpun.  Bibit lebih muda (14 HSS) dengan 1 bibit/rumpun akan menghasilkan anakan lebih banyak, hanya pada daerah endemis keong mas gun akan benih 18 HSS dengan 3 bibit/rumpun. Penyulaman dilakukan sebelum tanaman berumur 14 HST (hari setelah tanam). Pada saat bibit ditanam, tanah dalam kondisi jenuh air. Penanaman disarankan dengan sistem jejer legowo 2 : 1 atau 4 : 1 (40x(20x10) cm atau (50x(25x12,5) cm, karena populasi lebih banyak dan produksinya lebih tinggi dibanding dengan sistem jejer tegel. Cara tanam berselang seling 2 baris tanam dan 1 baris kosong (legowo 2 : 1) atau 4 baris tanam dan satu baris kosong (legowo 4 : 1). Pengaturan jarak tanam dilakukan dengan caplak, dengan lebar antar titik 20-25 cm. Setelah dilakukan caplak silang dan membentuk tegel (20 X 20 cm atau 25 X 25 cm), pada setiap baris ke tiga dikosongkan dan calon bibitnya ditanam pada barisan ganda yang akan membentuk jarak tanam dalam barisan hanya 10 cm. Kekurangan bibit untuk baris berikutnya diambilkan bibit dari persemaian.  
Keuntungan cara tanam jejer legowo antara lain :
ü  Rumpun tanaman yang berada pada bagian pinggir lebih banyak.
ü  Terdapat ruang kosong untuk pengaturan air, saluran pengumpulan keong mas atau untuk mina padi.
ü  Pengendalian hama, penyakit dan gulma lebih mudah.
ü  Pada tahap awal areal pertanaman lebih terang sehingga kurang disenangi tikus 
ü  Penggunaan pupuk lebih berdaya guna. 
Sistem tanam tegel Tegel (20 x 20 cm, 22 x 22 cm, 25 x 25 cm), maupun sistem tebar benih langsung, juga dapat digunakan dalam pendekatan PTT.

7.      Pengairan Berselang
Pemberian air berselang ( intermittent ) adalah pengaturan kondisi sawah dalam kondisi kering dan tergenang secara bergantian.  Tujuan pengairan berselang adalah:
a)      Menghemat air irigasi sehingga areal yang dapat diairi lebih luas
b)      Memberi kesempatan akar tanaman memperoleh udara lebih banyak sehingga dapat berkembang lebih dalam. Akar yang dalam dapat menyerap unsur hara dan air yang lebih banyak.
c)      Mencegah timbulnya keracunan besi.
d)      Mencegah penimbunan asam organik dan gas H2S yang menghambat perkembangan akar.
e)      Mengaktifkan jasad renik (mikroba tanah) yang bermanfaat.
f)       Mengurangi kerebahan
g)      Mengurangi jumlah anakan yang tidak produktif (tidak menghasilkan malai dan gabah).
h)      Menyeragamkan pemasakan gabah dan mempercepat waktu panen
i)        Memudahkan pembenaman pupuk ke dalam tanah (lapisan olah)
j)        Memudahkan pengendalian hama keong mas, mengurangi penyebaran hama wereng coklat dan penggerek batang serta mengurangi kerusakan tanaman padi karena hama tikus.
Cara pemberian air yaitu saat tanaman berumur 3 hari, petakan sawah diari dengan tinggi genangan 3 cm dan selama 2 hari berikutnya tidak ada penambahan air. Pada hari ke-4 lahan sawah diari kembali dengan tinggi genangan 3 cm.  Cara ini dilakukan terus sampai fase anakan maksimal.  Mulai fase pembentukan malai sampai pengisian biji, petakan sawah digenangi terus.  Sejak 10-15  hari sebelum panen sampai saat panen tanah dikeringkan.  Pada tanah berpasir dan cepat menyerap air, waktu pergiliran pengairan harus diperpendek. Apabila ketersediaan air selama satu musim tanam kurang mencukupi, pengairan bergilir dapat dilakukan dengan selang 5 hari.  Pada sawah-sawah yang sulit dikeringkan (drainase jelek), pengairan berselang tidak perlu dipraktekan.

8.      Pemupukan
Pemupukan berimbang, yaitu pemberian berbagai unsur hara dalam bentuk pupuk untuk memenuhi kekurangan hara yang dibutuhkan tanaman berdasarkan tingkat hasil yang ingin dicapai dan hara yang tersedia dalam tanah. Untuk setiap ton gabah yang dihasilkan, tanaman padi membutuhkan hara N sekitar 17,5 kg, P sebanyak 3 kg dan K sebanyak 17 kg.  Dengan demikian jika kita ingin memperoleh hasil gabah tinggi, sudah barang tentu diperlukan pupuk yang lebih banyak. Namun demikian tingkat hasil yang ditetapkan juga memperhatikan daya dukung lingkungan setempat dengan melihat produktivitas padi pada tahun-tahun sebelumnya.
Agar efektif dan efisien, penggunaan pupuk disesuaikan dengan kebutuhan  tanaman dan ketersediaan hara dalam tanah.  Kebutuha n N tanaman dapat diketahui dengan cara mengukur tingkat kehijauan warna daun padi menggunakan Bagan Warna Daun  (BWD).  Nilai pembacaan BWD digunakan untuk mengoreksi dosis pupuk N yang telah ditetapkan sehingga menjadi lebih tepat sesuai dengan kondisi tanaman.
Pemberian pupuk N awal diberikan pada umur padi sebelum 14 HST ditentukan berdasarkan tingkat kesuburan tanah.  Takaran pupuk dasar N untuk padi varietas unggul baru sebanyak 50-75 kg urea/ha, sedangkan untuk padi tipe baru dengan takaran 100 kg urea/ha

9.      Pengendalian Gulma Secara Terpadu
Gulma dikendalikan dengan cara pengolahan tanah sempurna, mengatur air dipetakan sawah, menggunakan benih padi bersertifikat, hanya menggunakan kompos sisa tanaman dan kompos pupuk kandang, dan menggunakan herbisida apabila infestasi gulma sudah tinggi.   Pengendalian gulma secara manual dengan menggunakan kosrok (landak) sangat dianjurkan, karena cara ini sinergis dengan pengelolaan lainnya.  Pengendalian gulmasecara manual hanya efektif dilakukan apabila kondisi air di petakan sawah macak-macak atau tanah jenuh air.

10.  Pengendalian Hama dan Penyakit Terpadu
Pengendalian hama dan penyakit terpadu (PHT) merupakan pendekatan pengendalian yang memperhitungkan faktor ekologi sehingga pengendalian dilakukan agar tidak terlalu mengganggu keseimbangan alami dan tidak menimbulkan kerugian besar.  PHT merupakan paduan berbagai cara pengendalian hama dan penyakit, diantaranya melakukan monitoring populasi hama dan kerusakan tanaman sehingga penggunaan teknologi pengendalian dapat lebih tepat.
Hama yang sering menyerang tanaman padi sawah adalah :  
a.      Keong Mas
Waktu kritis untuk pengendalian keong mas adalah pada saat 10 HST pindah, atau 21 HSS benih (semai basah).  PHT pada keong mas dilakukan sepanjang pertanaman dengan rincian sebagai berikut:
Ø  Pratanam: Ambil keong mas dan musnahkan sebagai cara mekanis.
Ø  Persemaian: Ambil keong mas dan musnahkan, sebar benih lebih banyak untuk sulaman dan bersihkan saluran air dari tanaman air seperti kangkung.
Ø  Stadia vegetatif: Tanam bibit yang agak tua (>21 hari) dan jumlah bibit lebih banyak, keringkan sawah sampai 7 HST, tidak aplikasi herbisida  sampai 7 HST, ambil keong mas dan musnahkan, pasang saringan pada pemasukan air, umpan dengan menggunakan daun talas dan pepaya, pasang ajir agar siput bertelur pada ajir, ambil dan musnahkan telur siput pada tanaman dan aplikasikan pestisida anorganik dan nabati seperti saponin dan rerak sebanyak 20-50 kg/ha sebelum tanam pada caren.
Ø  Stadia generatif dan setelah panen: Ambil keong mas dan musnahkan, dan gembalakan itik setelah padi panen
b.      Wereng Coklat
Wereng coklat menyukai pertanaman yang dipupuk nitrogen tinggi dengan jarak tanam rapat.  Ambang ekonomi hama ini adalah 15 ekor per  rumpun.  Siklus hidupnya 21-33 hari.  Cara pengendaliannya sbb:
Ø  Gunakan varietas tahan wereng coklat, seperti: Ciherang, Kalimas, Bondoyudo, Sintanur, dan Batang Gadis.
Ø  Berikan pupuk K untuk mengurangi kerusakan.
Ø  Monitor pertanaman paling lambat 2 minggu sekali.
Ø  Bila populasi hama di bawah ambang ekonomi gunakan insektisida botani atau jamur entomopatogenik (Metarhizium annisopliae atau  Beauveria bassiana ).
Ø  Bila populasi hama di atas ambang ekonomi gunakan insektisida kimiawi yang direkomendasi.
c.       Penggerek batang
Stadia tanaman yang rentan terhadap serangan penggerek batang adalah dari pembibitan sampai pembentukan malai.  Gejala kerusakan yang ditimbulkannya mengakibatkan anakan mati yang disebut sundep pada tanaman stadia vegetatif,  dan beluk (malai hampa) pada tanaman stadia generatif.  Siklus hidupnya 40-70 hari.  Ambang ekonomi penggerek batang adalah 10% anakan terserang; 4 kelompok telur per rumpun (pada fase bunting).
Bila populasi tinggi (di atas ambang ekonomi) aplikasikan insektisida. Bila genangan air dangkal aplikasikan insektisida butiran seperti karbofuran dan fipronil, dan bila genangan air tinggi aplikasikan insektisida cair seperti dimehipo, bensultap, amitraz dan fipronil.
d.      Tikus
Pengendalian hama tikus  terpadu (PHTT) didasarkan pada pemahaman ekologi jenis tikus, dilakukan secara dini, intensif dan terus menerus (berkelanjutan) dengan memanfaatkan teknologi pengendalian yang sesuai dan tepat waktu.  Pengendalian tikus ditekankan pada awal musim tanam untuk menekan populasi awal tikus sejak awal pertanaman sebelum tikus memasuki masa reproduksi.  Kegiatan tersebut meliputi gropyok masal, sanitasi habitat, pemasangan TBS (Trap Barrier System) dan LTBS (Linier Trap Barrier System ).  
Lakukan gropyokan masal dengan melibatkan semua anggota kelompok tani. Gropyokan dapat berupa pembongkaran sarang tikus pada habitat utama seperti sepanjang tanggul irigasi, pematang besar, tanggul jalan, dan batas sawah dengan perkampungan.  Pada daerah endemi tikus, lindungi persemaian dengan memasang pagar plastik dan memasang dua bubu perangkap untuk pesemaian berukuran 10 m x 10 m.  Pada periode padi vegetatif, sanitasi gulma pada habitat tikus, baik yang ada di hamparan sawah maupun disekitar sawah agar tidak digunakan sebagai sarang tikus.  Bila populasi tikus masih tinggi, pasang LTBS di dekat habitat utama dan dipindahkan setiap 5 hari, serta lakukan fumigasi sarang tikus.  Pada periode padi generatif, lakukan fumigasi asap belerang pada setiap sarang aktif tikus, sanitasi gulma pada habitat utama dan pasang LTBS di dekat habitat utama secara periodik.
e.      Walang sangit
Walang sangit merupakan hama yang umum merusak bulir padi pada fase pemasakan.  Fase pertumbuhan tanaman padi yang rentan terhadap serangan walang sangit adalah dari keluarnya malai sampai matang susu.  Kerusakan yang ditimbulkannya menyebabkan beras berubah warna dan mengapur, serta hampa.  
Ambang ekonomi walang sangit adalah lebih dari 1 ekor walang sangit per dua rumpun pada masa keluar malai sampai fase pembungaan.  Cara pengendaliannya adalah:
Ø  Kendalikan gulma di sawah dan di sekitar pertanaman.
Ø  Pupuk lahan secara merata agar pertumbuhan tanaman seragam.
Ø  Tangkap walang sangit dengan menggunakan jaring sebelum stadia pembungaan.
Ø  Umpan walang sangit dengan menggunakan ikan yang sudah busuk, daging yang sudah rusak, atau dengan kotoran ayam.
Ø  Apabila serangan sudah mencapai ambang ekonomi, lakukan penyemprotan insektisida.
Ø  Lakukan penyemprotan pagi hari sekali atau sore hari ketika walang sangit berada di kanopi.
f.        Penyakit Hawar Daun Bakteri (HDB)
Penyakit HDB disebabkan oleh bakteri Xanthomonas campestris  pv  oryzae dengan gejala penyakit berupa bercak berwarna kuning sampai putih berawal dari terbentuknya garis lebam berair pada bagian tepi d aun.  Cara pengendaliannya sebagai berikut :
Ø  Gunakan varietas yang tahan seperti Conde dan Angke.
Ø  Gunakan pupuk nitrog en sesuai dengan kebutuhan tanaman.
Ø  Bersihkan  tunggul-tung gul dan jerami-jerami yang terinfeksi.
Ø  Jarak tanam jangan terlal u rapat.
Ø  Gunakan benih atau bibit yang sehat.
g.      Penyakit Blast 
Blast dapat menginfeksi tanaman padi pada  semua  stadia pertumbuhan.  Gejala khas   pada daun yaitu bercak berbentuk be lah ketupa t, lebar dite ngah dan  meruncing di kedua ujung nya.  Ukuran  bercak kir a -kira 1-1,5  cm x 0,3-0,5 cm berkembang menjadi berwarna abu-abu p ada bagiantengahnya.  Bila infeksi terjadi pada ruas batang dan leher malai (neck blast), akan merubah leher malai yang terinfeksi menjadi kehitam-hitaman dan patah, mirip gejala beluk oleh penggerek batang.  Cara pengendaliannya adalah:
Ø  Gunakan varietas tahan blast secara bergantian.
Ø  Gunakan pupuk nitrogen sesuai anjuran.
Ø  Upayakan waktu tanam yang tepat, agar waktu awal pembungaan tidak banyak embun dan hujan terus-menerus.
Ø  Gunakan fungisida yang berbahan aktif metil tiofanat atau fosdifen dan kasugamisin.
Ø  Perlakuan benih.

D.     PANEN DAN PASCA PANEN
1)      Panen
Lakukan panen saat gabah telah  menguning, tetapi malai masih segar.  Potong padi  dengan sabit gerigi,  30-40 cm di atas permukaan tanah .  Gunakan plastik atau terpal sebagai alas  tanaman  padi yang baru dipotong dan ditumpuk sebelum dirontok.   Sebaiknya panen padi dilakukan  oleh kelompok pemanen dan gabah dirontokan dengan power  tresher atau   pedal tresher. Apabila panen dilakukan  pada waktu pagi hari sebaiknya pada sore harinya langsung dirontokan.   Perontokan  lebih dari 2 hari menyebabkan kerusakan beras.
2)      Pasca Panen
Jemur gabah di atas lantai jemur de ngan ketebalan 5-7  cm.  Lakukan pembalikan setiap 2 jam sekali.  Pada  musim hujan, gunakan pengering buatan  dan pert ahankan suhu  pengering 500C untuk gabah konsumsi atau 420C untuk mengeringkan benih.  Pengeringan dilakukan sampai kadar air gabah mencapai 12-14% untuk gabah konsumsi dan kadar air 10-12% untuk benih.  Gabah yang sudah kering dapat digiling dan disimpan. Hal penting yang perlu diperhatikan dalam penggilingan dan penyimpanan adalah:
a.      Untuk mendapatkan beras kualitas tinggi, perlu diperhatikan waktu panen, sanitasi (kebersihan), dan kadar air gabah (12-14%)
b.      Simpan gabah/beras dalam wadah yang bersih dalam lumbung/gudang, bebas hama, dan memiliki sirkulasi udara yang baik. 
c.       Simpan gabah pada kadar air kurang 14% untuk konsumsi, dan kurang dari 13% untuk benih. 
d.      Gabah yang sudah disimpan dalam penyimpanan, jika akan digiling, dikeringkan terlebih dahulu sampai kadar air 12-14%.
e.      Sebelum digiling, gabah yang dikeringkan tersebut diangin-anginkan terlebih dahulu untuk menghindari butir pecah.




E.      DAFTAR PUSTAKA
Budidaya Tanaman Padi Sawah. Dalam http://petunjukbudidaya.blogspot.com/2013/01/budidaya-tanaman-padi-sawah.html di unduh Sabtu, 2 April 2013. Pukul 12.47 Wita
Gunakan Benih Unggul Raih Keuntungan. BPTP Jambi. 2011. Dalam http://jambi.litbang.deptan.go.id/ind/images/PDF/leaflet%20keuntungan%20benih%20unggul.pdf di unduh Sabtu, 2 April 2013. Pukul 12.57 Wita
Teknologi Budidaya Padi. BP2TP. 2008. Dalam http://pustaka.litbang.deptan.go.id/bppi/lengkap/bp2tp08padi.pdf di unduh Sabtu, 2 April 2013. Pukul 12.49 Wita