A. PENDAHULUAN
Salah satu tantangan dalam pembangunan pertanian
adalah adanya kecenderungan menurunnya produktivitas lahan. Disisi lain
sumberdaya alam terus menurun sehingga
perlu diupayakan untuk tetap menjaga kelestariannya. Demikian pula dalam
usahatani padi, agar usahatani padi dapat berkelanjutan, maka teknologi yang
diterapkan harus memperhatikan faktor lingkungan, baik lingkungan fisik maupun
lingkungan sosial, sehingga agribisnis padi dapat berlanjut.
Selama ini produksi padi nasional masih mengandalkan
sawah irigasi, namun ke depan bila hanya mengandalkan padi sawah irigasi akan
menghadapi banyak kendala. Hal tersebut disebabkan banyaknya lahan sawah
irigasi subur yang beralih fungsi ke penggunaan lahan non pertanian, tingginya
biaya pencetakan lahan sawah baru dan berkurangnya debit air. Dilain pihak lahan kering tersedia cukup luas
dan pemanfaatannya untuk pertanaman padi gogo belum optimal, sehingga ke depan
produksi padi gogo juga dapat dijadikan andalan produksi padi nasional.
Salah satu strategi dalam upaya pencapaian
produktivitas usahatani padi adalah penerapan inovasi teknologi yang sesuai
dengan su mberdaya pertanian disuatu tempat (spesifik lokasi). Teknologi
usahatani padi spesifik lokasi tersebut dirakit dengan menggunakan pendekatan
Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT).
PTT padi merupakan suatu pendekatan inovatif dalam
upaya peningkatan efisiensi usahatani padi dengan menggabungkan komponen
teknologi yang memiliki efek sinergistik. Artinya tiap komponen teknologi
tersebut saling menunjang dan memberikan pengaruh yang lebih baik terhadap
pertumbuhan dan produktivitas tanaman.
B.
SYARAT TUMBUH
Pada lahan basah (sawah irigasi), curah hujan bukan merupakan faktor pembatas
tanaman padi, tetapi pada lahan kering tanaman padi membutuhkan curah hujan
yang optimum >1.600 mm/tahun. Padi gogo memerlukan bulan basah yang
berurutan minimal 4 bulan. Bulan basah adalah bulan yang mempunyai curah hujan
>200 mm dan tersebar secara normal atau setiap minggu ada turun hujan
sehingga tidak menyebabkan tanaman stress karena kekeringan. Suhu yang optimum
untuk pertumbuhan tanaman padi berkisar antara 24-29oC.
Untuk padi gogo biasa ditanam pada lahan kering
dataran rendah, sedangkan pada areal yang lebih terjal dapat ditanami di antara
tanaman keras. Tanaman padi dapat tumbuh
pada berbagai tipe tanah. Reaksi tanah
(pH) optimum berkisar antara 5,5-7,5.
Permeabilitas pada sub horison kurang dari 0,5 cm/jam. Kriteria kesesuaian
lahan dan iklim untuk tanaman
padi sawah dan padi gogo dapat dilihat pada Lampiran 1 dan Lampiran 2.
Selain agroekosistem, cara pengelolaan tanaman juga
mempengaruhi keberlanjutan agribisnis padi. Dengan menerapkan pengelolaan
tanaman terpadu (PTT) keberlanjutan agribisnis padi dapat diwujudkan. Saat ini
hampir seluruh teknologi budidaya tanaman menggunakan konsep PTT, termasuk
budidaya padi sawah dan padi gogo.
C. TEKNOLOGI BUDIDAYA
1.
Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT)
Padi Sawah
Penerapan PTT
didasarkan pada empat prinsip,
yaitu:
a) Terpadu : PTT merupakan suatu pendekatan agar sumber daya tanaman, tanah dan air dapat dikelola dengan
sebaik-baiknya secara terpadu.
b) Sinergis: PTT memanfaatkan teknologi
pertanian terbaik, dengan memperhatikan keterkaitan yang saling mendukung antar
komponen teknologi.
c) Spesifik lokasi: PTT memperhatikan kesesuaian teknologi dengan
lingkungan fisik maupun sosial budaya dan ekonomi petani setempat.
d) Partisipatif: berarti petani turut
berperan serta dalam memilih dan menguji teknologi yang sesuai dengan kondisi
setempat dan kemampuan petani melalui proses pembelajaran dalam bentuk
laboratorium lapangan.
Agar komponen teknologi yang dipilih sesuai dengan
kebutuhan setempat, maka proses perakitannya didasarkan pada hasil Kajian
Kebutuhan dan Peluang (KKP). Dari hasil KKP dapat diketahui masalah yang
dihadapi petani dan cara-cara mengatasi masalah tersebut dalam upaya
meningkatkan produksi padi. Untuk memecahkan masalah tersebut, PTT menyediakan
beberapa pilihan komponen teknologi, yang dibedakan menjadi komponen teknologi dasar dan komponen
teknologi pilihan.
Komponen teknologi dasar dalam PTT yaitu:
1. Penggunaan varietas padi unggul atau
varietas padi berdaya hasil tinggi dan
atau bernilai ekonomi tinggi.
2. Benih bermutu dan berlabel.
3. Pemupukan berimbang berdasarkan
kebutuhan tanaman dan status hara tanah (spesifik lokasi).
4. Pengendalian hama dan penyakit secara
terpadu (PHT).
Komponen teknologi pilihan dalam
PTT yaitu :
1. Penanaman bibit umur muda dengan
jumlah bibit terbatas yaitu antara 1-3 bibit per lubang.
2. Peningkatan populasi tanaman.
3. Penggunaan kompos bahan organik dan
atau pupuk kandang sebagai pupuk dan pembenah tanah.
4. Pengaturan pengairan d an pengeringan
berselang,
5. Pengendalian gulma
6. Panen tepat waktu,
7. Perontokan gabah sesegera
mungkin.
2.
Varietas Unggul
Gunakan VUB
(varietas unggul baru) yang mampu
beradaptasi dengan lingk ungan
untuk menjamin pertumbuhan tanaman yang baik, hasil tinggi dan kualitas baik serta
rasa nasi diterima pasar. Tanam VUB secara bergantian untuk memutus
siklus hidup hama dan penyakit. Saat ini
telah tersedia ber bagai varietas unggul
yang dapat dipilih se suai dengan kond isi wilayah, mempunyai
produktivitas tinggi, dan sesuai permintaan konsumen.
3.
Benih Bermutu
Benih bermutu adalah benih dengan
daya tumbuh (vigor) tinggi dan bersertifikat.
Pemilihan benih bermutu dilakukan dengan cara:
ü Merendam benih dalam larutan garam
dengan menggunakan indikator telur.
Telur diletakkan didasar air dan masukkan garam sampai telur mulai
terangkat kepermukaan, kemudian telur diambil dan benih dimasukkan ke dalam air
garam, selanjutnya benih yang mengambang dibuang.
ü Dapat juga dengan cara membuat
larutan garam dapur (30 gr garam dapur dalam 1 lt air) atau larutan pupuk ZA (1 kg pupuk ZA dalam 2,7 lt air), masukkan
benih ke dalam larutan garam atau pupuk ZA (Volume larutan 2 kali volume
benih), kemudian diaduk-aduk dan benih yang mengambang dibuang.
Keuntungan menggunakan benih bermutu :
a) Benih tumbuh cepat dan serempak.
b) Jika disemaikan akan menghasilkan
bibit yang tegar dan sehat.
c) Pada saat ditanam pindah, bibit
tumbuh lebih cepat
d) Jumlah tanaman optimum, sehingga akan
memberikan hasil yang tinggi.
4. Persemaian
Untuk keperluan penanaman seluas 1 ha, benih yang
dibutuhkan sebanyak ± 20 kg. Benih
bernas (yang tenggelam) dibilas dengan air bersih dan kemudian direndam dalam
air selama 24 jam. Selanjutnya diperam dalam karung selama 48 jam dan dijaga
kelembabannya dengan cara membasahi karung dengan air. Untuk benih hibrida
langsung direndam dalam air dan selanjutnya diperam. Luas persemaian sebaiknya
400 m2/ha (4% dari luas tanam).
Lebar bedengan pembibitan 1,0-1,2 m dan diberi campuran pupuk kandang,
serbuk kayu dan abu sebanyak 2 kg/m2. Penambahan ini memudahkan
pencabutan bibit padi sehingga kerusakan akar bisa dikurangi. Antar bedengan dibuat parit sedalam 25-30 cm.
5.
Persiapan Lahan
Pengolahan
tanah dapat dilakukan secara sempurna (2 kali bajak dan 1 kali garu) atau, olah tanah minimal
atau tanpa olah tanah sesuai keperluan dan kondisi. Faktor yang menentukan
adalah kemarau panjang, pola tanam,
jenis/tekstur tanah. Dua minggu sebelum pengolahan tana h taburkan bahan organik se cara merata diatas hamparan sawah. Bahan organik yang digunakan dapat
berupa pupuk kandang sebanyak 2 ton/ha atau kompos jerami sebanya k 5 ton/ha.
6.
Penanaman
Tanam bibit
muda (<21 HSS, h a ri setelah
sebar), sebanyak 1-3
bibit/rumpun. Bibit lebih muda (14 HSS)
dengan 1 bibit/rumpun akan menghasilkan anakan lebih banyak, hanya pada daerah
endemis keong mas gun akan benih 18 HSS dengan 3 bibit/rumpun. Penyulaman
dilakukan sebelum tanaman berumur 14 HST (hari setelah tanam). Pada saat bibit
ditanam, tanah dalam kondisi jenuh air. Penanaman disarankan dengan sistem
jejer legowo 2 : 1 atau 4 : 1 (40x(20x10) cm atau (50x(25x12,5) cm, karena
populasi lebih banyak dan produksinya lebih tinggi dibanding dengan sistem
jejer tegel. Cara tanam berselang seling 2 baris tanam dan 1 baris kosong (legowo
2 : 1) atau 4 baris tanam dan satu baris kosong (legowo 4 : 1). Pengaturan
jarak tanam dilakukan dengan caplak, dengan lebar antar titik 20-25 cm. Setelah
dilakukan caplak silang dan membentuk tegel (20 X 20 cm atau 25 X 25 cm), pada
setiap baris ke tiga dikosongkan dan calon bibitnya ditanam pada barisan ganda
yang akan membentuk jarak tanam dalam barisan hanya 10 cm. Kekurangan bibit
untuk baris berikutnya diambilkan bibit dari persemaian.
Keuntungan cara tanam jejer legowo antara lain :
ü Rumpun tanaman yang berada pada
bagian pinggir lebih banyak.
ü Terdapat ruang kosong untuk
pengaturan air, saluran pengumpulan keong mas atau untuk mina padi.
ü Pengendalian hama, penyakit dan gulma
lebih mudah.
ü Pada tahap awal areal pertanaman
lebih terang sehingga kurang disenangi tikus
ü Penggunaan pupuk lebih berdaya
guna.
Sistem tanam tegel Tegel (20 x 20 cm, 22 x 22 cm, 25 x
25 cm), maupun sistem tebar benih langsung, juga dapat digunakan dalam
pendekatan PTT.
7.
Pengairan Berselang
Pemberian air
berselang ( intermittent ) adalah pengaturan kondisi sawah dalam kondisi kering
dan tergenang secara bergantian. Tujuan
pengairan berselang adalah:
a) Menghemat air irigasi sehingga areal
yang dapat diairi lebih luas
b) Memberi kesempatan akar tanaman
memperoleh udara lebih banyak sehingga dapat berkembang lebih dalam. Akar yang
dalam dapat menyerap unsur hara dan air yang lebih banyak.
c) Mencegah timbulnya keracunan besi.
d) Mencegah penimbunan asam organik dan
gas H2S yang menghambat perkembangan akar.
e) Mengaktifkan jasad renik (mikroba
tanah) yang bermanfaat.
f) Mengurangi kerebahan
g) Mengurangi jumlah anakan yang tidak
produktif (tidak menghasilkan malai dan gabah).
h) Menyeragamkan pemasakan gabah dan
mempercepat waktu panen
i)
Memudahkan
pembenaman pupuk ke dalam tanah (lapisan olah)
j)
Memudahkan
pengendalian hama keong mas, mengurangi penyebaran hama wereng coklat dan
penggerek batang serta mengurangi kerusakan tanaman padi karena hama tikus.
Cara pemberian air yaitu saat tanaman berumur 3 hari,
petakan sawah diari dengan tinggi genangan 3 cm dan selama 2 hari berikutnya
tidak ada penambahan air. Pada hari ke-4 lahan sawah diari kembali dengan
tinggi genangan 3 cm. Cara ini dilakukan
terus sampai fase anakan maksimal. Mulai
fase pembentukan malai sampai pengisian biji, petakan sawah digenangi
terus. Sejak 10-15 hari sebelum panen sampai saat panen tanah
dikeringkan. Pada tanah berpasir dan
cepat menyerap air, waktu pergiliran pengairan harus diperpendek. Apabila
ketersediaan air selama satu musim tanam kurang mencukupi, pengairan bergilir
dapat dilakukan dengan selang 5 hari.
Pada sawah-sawah yang sulit dikeringkan (drainase jelek), pengairan
berselang tidak perlu dipraktekan.
8.
Pemupukan
Pemupukan
berimbang, yaitu pemberian berbagai unsur hara dalam bentuk pupuk untuk memenuhi
kekurangan hara yang dibutuhkan tanaman berdasarkan tingkat hasil yang ingin
dicapai dan hara yang tersedia dalam tanah. Untuk setiap ton gabah yang
dihasilkan, tanaman padi membutuhkan hara N sekitar 17,5 kg, P sebanyak 3 kg
dan K sebanyak 17 kg. Dengan demikian
jika kita ingin memperoleh hasil gabah tinggi, sudah barang tentu diperlukan
pupuk yang lebih banyak. Namun demikian tingkat hasil yang ditetapkan juga
memperhatikan daya dukung lingkungan setempat dengan melihat produktivitas padi
pada tahun-tahun sebelumnya.
Agar efektif
dan efisien, penggunaan pupuk disesuaikan dengan kebutuhan tanaman dan ketersediaan hara dalam
tanah. Kebutuha n N tanaman dapat
diketahui dengan cara mengukur tingkat kehijauan warna daun padi menggunakan
Bagan Warna Daun (BWD). Nilai pembacaan BWD digunakan untuk
mengoreksi dosis pupuk N yang telah ditetapkan sehingga menjadi lebih tepat
sesuai dengan kondisi tanaman.
Pemberian
pupuk N awal diberikan pada umur padi sebelum 14 HST ditentukan berdasarkan
tingkat kesuburan tanah. Takaran pupuk
dasar N untuk padi varietas unggul baru sebanyak 50-75 kg urea/ha, sedangkan
untuk padi tipe baru dengan takaran 100 kg urea/ha
9.
Pengendalian Gulma Secara Terpadu
Gulma
dikendalikan dengan cara pengolahan tanah sempurna, mengatur air dipetakan
sawah, menggunakan benih padi bersertifikat, hanya menggunakan kompos sisa
tanaman dan kompos pupuk kandang, dan menggunakan herbisida apabila infestasi
gulma sudah tinggi. Pengendalian gulma
secara manual dengan menggunakan kosrok (landak) sangat dianjurkan, karena cara
ini sinergis dengan pengelolaan lainnya.
Pengendalian gulmasecara manual hanya efektif dilakukan apabila kondisi
air di petakan sawah macak-macak atau tanah jenuh air.
10. Pengendalian Hama dan Penyakit Terpadu
Pengendalian
hama dan penyakit terpadu (PHT) merupakan pendekatan pengendalian yang
memperhitungkan faktor ekologi sehingga pengendalian dilakukan agar tidak
terlalu mengganggu keseimbangan alami dan tidak menimbulkan kerugian besar. PHT merupakan paduan berbagai cara
pengendalian hama dan penyakit, diantaranya melakukan monitoring populasi hama
dan kerusakan tanaman sehingga penggunaan teknologi pengendalian dapat lebih
tepat.
Hama yang
sering menyerang tanaman padi sawah adalah :
a. Keong Mas
Waktu kritis untuk pengendalian keong
mas adalah pada saat 10 HST pindah, atau 21 HSS benih (semai basah). PHT pada keong mas dilakukan sepanjang
pertanaman dengan rincian sebagai berikut:
Ø Pratanam: Ambil keong mas dan
musnahkan sebagai cara mekanis.
Ø Persemaian: Ambil keong mas dan
musnahkan, sebar benih lebih banyak untuk sulaman dan bersihkan saluran air
dari tanaman air seperti kangkung.
Ø Stadia vegetatif: Tanam bibit yang
agak tua (>21 hari) dan jumlah bibit lebih banyak, keringkan sawah sampai 7
HST, tidak aplikasi herbisida sampai 7
HST, ambil keong mas dan musnahkan, pasang saringan pada pemasukan air, umpan
dengan menggunakan daun talas dan pepaya, pasang ajir agar siput bertelur pada
ajir, ambil dan musnahkan telur siput pada tanaman dan aplikasikan pestisida
anorganik dan nabati seperti saponin dan rerak sebanyak 20-50 kg/ha sebelum
tanam pada caren.
Ø Stadia generatif dan setelah panen:
Ambil keong mas dan musnahkan, dan gembalakan itik setelah padi panen
b. Wereng Coklat
Wereng coklat menyukai pertanaman
yang dipupuk nitrogen tinggi dengan jarak tanam rapat. Ambang ekonomi hama ini adalah 15 ekor
per rumpun. Siklus hidupnya 21-33 hari. Cara pengendaliannya sbb:
Ø Gunakan varietas tahan wereng coklat,
seperti: Ciherang, Kalimas, Bondoyudo, Sintanur, dan Batang Gadis.
Ø Berikan pupuk K untuk mengurangi
kerusakan.
Ø Monitor pertanaman paling lambat 2
minggu sekali.
Ø Bila populasi hama di bawah ambang
ekonomi gunakan insektisida botani atau jamur entomopatogenik (Metarhizium
annisopliae atau Beauveria bassiana ).
Ø Bila populasi hama di atas ambang
ekonomi gunakan insektisida kimiawi yang direkomendasi.
c. Penggerek batang
Stadia
tanaman yang rentan terhadap serangan penggerek batang adalah dari pembibitan
sampai pembentukan malai. Gejala
kerusakan yang ditimbulkannya mengakibatkan anakan mati yang disebut sundep
pada tanaman stadia vegetatif, dan beluk
(malai hampa) pada tanaman stadia generatif.
Siklus hidupnya 40-70 hari.
Ambang ekonomi penggerek batang adalah 10% anakan terserang; 4 kelompok
telur per rumpun (pada fase bunting).
Bila populasi
tinggi (di atas ambang ekonomi) aplikasikan insektisida. Bila genangan air
dangkal aplikasikan insektisida butiran seperti karbofuran dan fipronil, dan
bila genangan air tinggi aplikasikan insektisida cair seperti dimehipo,
bensultap, amitraz dan fipronil.
d. Tikus
Pengendalian
hama tikus terpadu (PHTT) didasarkan
pada pemahaman ekologi jenis tikus, dilakukan secara dini, intensif dan terus
menerus (berkelanjutan) dengan memanfaatkan teknologi pengendalian yang sesuai
dan tepat waktu. Pengendalian tikus
ditekankan pada awal musim tanam untuk menekan populasi awal tikus sejak awal
pertanaman sebelum tikus memasuki masa reproduksi. Kegiatan tersebut meliputi gropyok masal,
sanitasi habitat, pemasangan TBS (Trap Barrier System) dan LTBS (Linier Trap
Barrier System ).
Lakukan
gropyokan masal dengan melibatkan semua anggota kelompok tani. Gropyokan dapat
berupa pembongkaran sarang tikus pada habitat utama seperti sepanjang tanggul
irigasi, pematang besar, tanggul jalan, dan batas sawah dengan
perkampungan. Pada daerah endemi tikus,
lindungi persemaian dengan memasang pagar plastik dan memasang dua bubu
perangkap untuk pesemaian berukuran 10 m x 10 m. Pada periode padi vegetatif, sanitasi gulma
pada habitat tikus, baik yang ada di hamparan sawah maupun disekitar sawah agar
tidak digunakan sebagai sarang tikus.
Bila populasi tikus masih tinggi, pasang LTBS di dekat habitat utama dan
dipindahkan setiap 5 hari, serta lakukan fumigasi sarang tikus. Pada periode padi generatif, lakukan fumigasi
asap belerang pada setiap sarang aktif tikus, sanitasi gulma pada habitat utama
dan pasang LTBS di dekat habitat utama secara periodik.
e. Walang sangit
Walang sangit
merupakan hama yang umum merusak bulir padi pada fase pemasakan. Fase pertumbuhan tanaman padi yang rentan
terhadap serangan walang sangit adalah dari keluarnya malai sampai matang susu. Kerusakan yang ditimbulkannya menyebabkan
beras berubah warna dan mengapur, serta hampa.
Ambang
ekonomi walang sangit adalah lebih dari 1 ekor walang sangit per dua rumpun
pada masa keluar malai sampai fase pembungaan.
Cara pengendaliannya adalah:
Ø Kendalikan gulma di sawah dan di
sekitar pertanaman.
Ø Pupuk lahan secara merata agar
pertumbuhan tanaman seragam.
Ø Tangkap walang sangit dengan
menggunakan jaring sebelum stadia pembungaan.
Ø Umpan walang sangit dengan
menggunakan ikan yang sudah busuk, daging yang sudah rusak, atau dengan kotoran
ayam.
Ø Apabila serangan sudah mencapai
ambang ekonomi, lakukan penyemprotan insektisida.
Ø Lakukan penyemprotan pagi hari sekali
atau sore hari ketika walang sangit berada di kanopi.
f.
Penyakit
Hawar Daun Bakteri (HDB)
Penyakit HDB
disebabkan oleh bakteri Xanthomonas campestris
pv oryzae dengan gejala penyakit
berupa bercak berwarna kuning sampai putih berawal dari terbentuknya garis
lebam berair pada bagian tepi d aun.
Cara pengendaliannya sebagai berikut :
Ø Gunakan varietas yang tahan seperti
Conde dan Angke.
Ø Gunakan pupuk nitrog en sesuai dengan
kebutuhan tanaman.
Ø Bersihkan tunggul-tung gul dan jerami-jerami yang
terinfeksi.
Ø Jarak tanam jangan terlal u rapat.
Ø Gunakan benih atau bibit yang sehat.
g. Penyakit Blast
Blast dapat
menginfeksi tanaman padi pada semua stadia pertumbuhan. Gejala khas
pada daun yaitu bercak berbentuk be lah ketupa t, lebar dite ngah
dan meruncing di kedua ujung nya. Ukuran
bercak kir a -kira 1-1,5 cm x
0,3-0,5 cm berkembang menjadi berwarna abu-abu p ada bagiantengahnya. Bila infeksi terjadi pada ruas batang dan
leher malai (neck blast), akan merubah leher malai yang terinfeksi menjadi
kehitam-hitaman dan patah, mirip gejala beluk oleh penggerek batang. Cara pengendaliannya adalah:
Ø Gunakan varietas tahan blast secara
bergantian.
Ø Gunakan pupuk nitrogen sesuai
anjuran.
Ø Upayakan waktu tanam yang tepat, agar
waktu awal pembungaan tidak banyak embun dan hujan terus-menerus.
Ø Gunakan fungisida yang berbahan aktif
metil tiofanat atau fosdifen dan kasugamisin.
Ø Perlakuan benih.
D. PANEN DAN PASCA PANEN
1) Panen
Lakukan panen saat gabah telah menguning, tetapi malai masih segar. Potong padi
dengan sabit gerigi, 30-40 cm di
atas permukaan tanah . Gunakan plastik
atau terpal sebagai alas tanaman padi yang baru dipotong dan ditumpuk sebelum
dirontok. Sebaiknya panen padi dilakukan oleh kelompok pemanen dan gabah dirontokan
dengan power tresher atau pedal tresher. Apabila panen dilakukan pada waktu pagi hari sebaiknya pada sore harinya
langsung dirontokan. Perontokan lebih dari 2 hari menyebabkan kerusakan beras.
2)
Pasca Panen
Jemur gabah
di atas lantai jemur de ngan ketebalan 5-7
cm. Lakukan pembalikan setiap 2
jam sekali. Pada musim hujan, gunakan pengering buatan dan pert ahankan suhu pengering 500C untuk gabah
konsumsi atau 420C untuk mengeringkan benih. Pengeringan dilakukan sampai kadar air gabah
mencapai 12-14% untuk gabah konsumsi dan kadar air 10-12% untuk benih. Gabah yang sudah kering dapat digiling dan
disimpan. Hal penting yang perlu diperhatikan dalam penggilingan dan
penyimpanan adalah:
a. Untuk mendapatkan beras kualitas
tinggi, perlu diperhatikan waktu panen, sanitasi (kebersihan), dan kadar air
gabah (12-14%)
b. Simpan gabah/beras dalam wadah yang
bersih dalam lumbung/gudang, bebas hama, dan memiliki sirkulasi udara yang
baik.
c. Simpan gabah pada kadar air kurang
14% untuk konsumsi, dan kurang dari 13% untuk benih.
d. Gabah yang sudah disimpan dalam
penyimpanan, jika akan digiling, dikeringkan terlebih dahulu sampai kadar air
12-14%.
e. Sebelum digiling, gabah yang
dikeringkan tersebut diangin-anginkan terlebih dahulu untuk menghindari butir
pecah.
E.
DAFTAR PUSTAKA
Budidaya Tanaman Padi Sawah. Dalam http://petunjukbudidaya.blogspot.com/2013/01/budidaya-tanaman-padi-sawah.html
di unduh Sabtu, 2 April 2013. Pukul 12.47 Wita
http://ekonomi.kompasiana.com/agrobisnis/2012/08/09/petani-untung-dengan-mina-padi-484706.html
di unduh Sabtu, 2 April 2013. Pukul 12.54 Wita
http://sulsel.litbang.deptan.go.id/ind/index.php?option=com_content&view=article&id=537:pengelolaan-tanaman-terpadu-ptt-padi-sawah&catid=47:panduanpetunjuk-teknis-brosur-&Itemid=231
di unduh Sabtu, 2 April 2013. Pukul 12.59 Wita
http://jambi.litbang.deptan.go.id/ind/index.php?option=com_content&view=category&layout=blog&id=58&Itemid=66
di unduh Sabtu, 2 April 2013. Pukul 01.02 Wita
http://sulsel.litbang.deptan.go.id/ind/index.php?option=com_content&view=article&id=127:budidaya-tanaman-padi-sistem-gogorancah&catid=48:panduanpetunjuk-teknis-leaflet&Itemid=232
di unduh Sabtu, 2 April 2013. Pukul 01.08 Wita
Gunakan Benih Unggul Raih Keuntungan.
BPTP Jambi. 2011. Dalam http://jambi.litbang.deptan.go.id/ind/images/PDF/leaflet%20keuntungan%20benih%20unggul.pdf
di unduh Sabtu, 2 April 2013. Pukul 12.57 Wita
Teknologi Budidaya Padi. BP2TP. 2008.
Dalam http://pustaka.litbang.deptan.go.id/bppi/lengkap/bp2tp08padi.pdf
di unduh Sabtu, 2 April 2013. Pukul 12.49 Wita
Tidak ada komentar:
Posting Komentar