Laman

Rabu, 29 Juni 2011

MATERI PENYULUHAN PERTANIAN 'Budidaya Durian'

Durian merupakan salah satu buah yang paling favorit dan kedatangan musimnya paling dinantikan kebanyakan orang. Hal ini dikarenakan rasanya yang lezat dan legit juga bisa dijadikan berbagai aneka bentuk makanan. Diantaranya adalah dodol, lempok, es duren, kolak duren, cendol dan banyak lagi. Sebutan durian diduga berasal dari istilah Melayu yaitu dari kata duri yang diberi akhiran-an sehingga menjadi durian. Kata ini dipergunakan karena mewakili bentuk kulit buahnya yang berduri tajam.

A. Tenik Penanaman Durian
Durian merupakan salah satu buah yang paling favorit dan kedatangan musimnya paling dinantikan kebanyakan orang. Hal ini dikarenakan rasanya yang lezat dan legit juga bisa dijadikan berbagai aneka bentuk makanan. Diantaranya adalah dodol, lempok, es duren, kolak duren, cendol dan banyak lagi. Sebutan durian diduga berasal dari istilah Melayu yaitu dari kata duri yang diberi akhiran-an sehingga menjadi durian. Kata ini dipergunakan karena mewakili bentuk kulit buahnya yang berduri tajam.
Tanaman durian berasal dari kawasan Asia Tenggara. Tumbuhnya kebanyakan berupa tanaman liar di hutan-hutan Malaysia, Sumatra, dan Kalimantan. Penyebaran durian ke arah Barat adalah ke Thailand, Birma, India dan Pakistan. Buah durian sudah dikenal di Asia Tenggara sejak abad 7 M. Nama lain durian adalah duren (Jawa, Gayo), duriang (Manado), dulian (Toraja), rulen (Seram Timur).
Disamping durian lokal, saat ini juga sudah banyak dikembangkan berbagai varietas durian unggul. Durian unggul berasal dari hasil persilangan yang disebarluaskan kepada masyarakat untuk dikembangkan. Macam varietas durian unggul tersebut antara lain adalah: durian sukun (Jawa Tengah), petruk (Jawa Tengah), sitokong (Betawi), simas (Bogor), sunan (Jepara), otong (Thailand), kani (Thailand), sidodol (Kalimantan Selatan), sijapang (Betawi) dan sihijau (Kalimantan Selatan).
Untuk mendapatkan hasil panen durian yang maksimal, bibit varietas unggul saja belumlah cukup. Tetapi harus diiringi langkah-langkah yang tepat. Salah satu diantaranya adalah teknik penanaman. Teknik penanaman durian adalah sbb. 

1) Penentuan Pola Tanam
Jarak tanam sangat tergantung pada jenis dan kesuburan tanah, kultivar durian, serta sistem budidaya yang diterapkan. Untuk kultivar durian berumur genjah, jarak tanam: 10 m x 10 m, sedangkan kultivar durian berumur sedang, jarak tanam 12 m x 12 m. Intensifikasi kebun durian, terutama waktu bibit durian masih kecil (berumur kurang dari 6 tahun), dapat diupayakan dengan budidaya tumpangsari. Berbagai budidaya tumpangsari yang biasa dilakukan yakni dengan tanaman hortikultura antara lain lombok, tomat, terong dan tanaman pangan: padi gogo, kedelai, kacang tanah dan ubi jalar. 

2) Pembuatan Lubang Tanam
Pengolahan tanah terutama dilakukan di lubang yang akan digunakan untuk menanam bibit durian. Lubang tanam dipersiapkan 1 m x 1 m x 1 m. Saat menggali lubang, tanah galian dibagi menjadi dua, sebelah atas dikumpulkan di kiri lubang, tanah galian dan sebelah bawah dikumpulkan di kanan lubang. Lubang tanam dibiarkan kering terangin-angin selama 1 minggu, kemudian lubang tanam ditutup kembali. Tanah galian bagian atas lebih dahulu dimasukkan setelah dicampur dengan pupuk kompos 35 kg/lubang, diikuti oleh tanah bagian bawah yang telah dicampur 35 kg pupuk kandang dan 1 kg fospat. Untuk menghindari gangguan rayap, semut dan hama lainnya dapat dicampurkan insektisida butiran seperti Furadan 3 G. Selanjutnya lubang tanam diisi penuh sampai tampak membukit setinggi 20-30 cm dari permukaan tanah, tanah tidak perlu dipadatkan. Penutupan lubang sebaiknya dilakukan 7-15 hari sebelum penanaman bibit. 

3) Cara Penanaman
Bibit yang akan ditanam di lapangan sebaiknya tumbuh setinggi 75-150 cm, kondisinya sehat, pertumbuhan bagus yang tercermin dari batang yang kokoh dan perakaran yang banyak serta kuat. Lubang tanam yang tertutup tanah digali kembali dengan ukuran yang lebih kecil sebesar gumpalan tanah yang membungkus akar bibit durian. Setelah lubang tersedia, dilakukan penanaman dengan cara sebagai berikut :
  1. Polybag/pembungkus bibit dilepas (sisinya digunting/diiris hati-hati)
  2. Bibit dimasukkan ke dalam lubang tanam sampai batas leher
  3. Lubang ditutup dengan tanah galian. Pada sisi tanaman diberi ajir agar pertumbuhan tanaman tegak ke atas sesuai arah ajir.
  4. Pangkal bibit ditutup rumput/jerami kering sebagai mulsa, lalu disiram air.
  5. Di atas bibit dapat dibangun naungan dari rumbia atau bahan lain. Naungan ini sebagai pelindung agar tanaman tidak layu atau kering tersengat sinar matahari secara langsung.(Penulis Inang Sariati)

B. Panen dan Pasca Panen Buah Durian

1. Panen Atau Pemetikan Buah Durian
Buah durian yang enak dan nikmat dikonsumsi adalah buah durian yang matang dipohon, sehingga tidak mengherankan jika durian yang matang pohon banyak digemari orang dan harganya mahal. Dalam menghasilkan buah durian selain dipengaruhi oleh asal bahan bibit tanaman durian, juga dipengaruhi oleh jenis atau varietasnya. Penentuan waktu panen buah durian yang umum dilakukan petani tradisional adalah dengan menunggu buah jatuh. Waktu panen yang sebenarnya berbeda-beda tergantung jenis dan varietasnya, umumnya buah durian mengalami tingkat kematangan sempurna 4 bulan setelah bunga mekar. Hasil penelitian petani Thailand jenis durian montong waktu panen yang tepat adalah 125-135 hari setelah bunga mekar sedangkan jenis chanee waktu petiknya adalah 110-116 hari setelah bunga mekar. Selain itu waktu petik juga dilakukan berdasarkan tanda-tanda fisik pada buah seperti berikut : ujung duri berwarna coklat tua, garis-garis diantara duri berwarna lebih jelas, tangkai buah lunak dan mudah dibengkokkan, ruas-ruas di tangkai buah membesar, baunya harum dan akan terdengar bunyi yang kasar dan bergema jika buah dipukul. Waktu pemanenan sebaiknya dibedakan tergantung pada keperluannya.
Panen buah yang bertujuan untuk langsung dikonsumsi dilakukan pada saat buah mengalami tingkat kematangan 100%, tandanya buah jatuh sendiri. Panen yang bertujuan untuk dijual dengan pengangkutan jarak jauh atau untuk diekspor pemetikannya dilakukan pada tingkat kematangan 80-85%. Para petani yang maju untuk mengetahui tingkat kematangan buah durian memberi label tentang waktu berbunga dan menghitungnya. Misalnya tingkat kematangan buah durian montong 80% diperoleh pada umur 100 hari sejak bunga mekar dan pada tingkat kematangan ini buah dapat tahan disimpan selama 2-3 minggu. Cara pemanenan buah durian berpengaruh terhadap kesehatan tanaman. Pemanenan yang benar adalah dengan memetik atau memotong pangkal tangkai buah durian dipohon hingga rata dengan batang atau cabang menggunakan pisau/gunting yang tajam dan steril atau galah berpisau. Bagian yang dipotong adalah tangkai buah yang dekat dengan pangkal batang bukan yang dekat dengan pangkal buah. Pemanenan yang masih menyisakan tangkai buah akan merangsang tunas air tumbuh di sekitar bekas atau di ketiak tangkai buah padahal tunas air tidak akan menghasilkan buah tetapi hanya menghabiskan energi dan makanman durian dengan percuma. Pada waktu pemanenan usahakan buah tidak sampai jatuh ke tanah karena akan rusak dan kualitasnya berkurang. 

2. Penangan Pasca Panen
Penanganan pasca panen yang benar diperlukan supaya kualitas buah tidak menurun, terutama buah yang dipanen untuk pemasaran jarak jauh atau untuk ekspor. Adapun penanganan pasca panen buah durian sebagai beikut :
  1. 1. Setelah pemetikan buah selesai, buah diberi label yang berisi keterangan asal kebun atau pohon untuk mengontrol kualitas buah;
  2. 2. Buah dicuci dengan air untuk m,enghilangkan kotoran dan serangga yang melekat pada kulit buah
  3. 3. Buah kemudian dicelupkan ke dalam larutan fungisida benomil atau O-ethyl phosphonate untuk menghindari kebusukan karena cendawan phytopthora sp selama dalam pemeraman dan tranportasi;
  4. 4. Buah diangin-anginkan supaya kering, kemudian diseleksi berdasarkan grade atau tingkatannya. Untuk ekspor tujuan negara Amerika Serikat dan Eropa berat buah yang diminta adalah 2,5-3 kg, negara Asia 2-5 kg. Selain berdasarkan bobot dilakukan juga seleksi berdasarkan jumlah juring dan isinya. Khusus untuk durian montong klasifikasinya adalah sebagai berikut : Mutu Kelas 1 mempunyai 4-5 juring yang semuanya terisi penuh; Mutu Kelas 2 mempunyai 5 juring, 2 juring terisi penuh dan Mutu Kelas 3 mempunyai 5 juring dan 3 juring tidak semua terisi penuh. Buah yang memiliki bentuk tidak beraturan hanya bisa dijual untuk pasaran lokal;
  5. 5. Setelah selesai seleksi, buah dimasukkan ke dalam peti atau kotak karton yang menampung 3-5 buah dengan berat 12 kg. Selain perlakuan tersebut, ada pula eksportir yang melakukan pemasaran buah durian dengan terlebih dahulu mengupasnya dan membungkus daging buah beserta bijinya dengan plastik kedap udara atau dalam plastik yang rapat dan bersih. Selanjutnya disimpan dalam lemari es, perlakuan ini daging buah durian dapat disimpan selama dua minggub atau lebih
  6. 6. Untuk pemanenan durian yang akan dijual dipasaran lokal setelah dipetik biasanya buah langsung dimasukkan ke dalam keranjang bambu atau mobil dan diantar ke tempat tujuan. Cara seperti ini banyak menghasilkan buah berkualitas jelek karena penanganan pasca panen yang tidakn benar dan kadang-kadang buah dipetik belum terlalu tua.
Buah durian selain dikonsumsi segar dapat juga diolah tepu ng daging durian, lempok durian, wajik durian, tempoyak, permen durian dan keripik biji durian. Pengolahan durian ini selain memberi nilai tambah juga dapat memanfaatkan buah durian yang kadaluarsa atau berkualitas jelek dan tidak laku dipasarkan.

Sumber Bacaan :
Sukses Bertanam Durian, Bernard T. Wahyu Wiryanta, agromedia pustaka, 2008).
Budidaya Durian Agribisnis, Siti hafsah husas, PP Madya,2006
http://Wikipedia.co.id/panenpascapanendurian/May/2009
http://Juvescuka.com/jenisdurian/2002

Materi Penyuluhan Pertanian - Membudidayakan Tomat di Pulau Timor dengan Kombinasi Pemberian Dosis Pupuk Kandang Kotoran Sapi dan Dosis Pupuk P (SP36) Memberikan Pengaruh Yang Nyata Pada Jumlah Buah per Tanaman dan Bobot Segar Buah Tomat per Tanaman


A. Pendahuluan

Tomat (Lycopersicum esculentum Mill) merupakan salah satu jenis sayuran yang sangat dikenal dikalangangan masyarakat rasa buahnya yang manis-manis asam dapat memberikan kesegaran pada tubuh dan cita rasanya berbeda dengan buah-buahan lainnya. Secara umum dalam setiap 100 gram tomat mengandung vitamin A 150 SI, vitamin B 0,06 mg, dan vitamin C 40 mg, karbohidrat 4,2 g, lemak 0,39 g, kalsium 5 mg dan kalori (Cahyono, 1998 dalam Lay Y.Y, 2007). Sebagian masyarakat mengunanakan buah tomat untuk terapi pengobatan karna mengandung karotin yang berfungsi sebagai pembentuk provitamin A dan lycopen yang mampu mecegah kanker, mengobati penyakit yang disebabkan oleh kekurangan vitamin C, membantu mengobati penyakit gigi dan gusi (Rukmana,2001 dalam Lay Y.Y, 2007).

Di Nusa Tenggara Timur, produksi tomat tahun 2000 sebesar 2,507 ton/ha, namun pada tahun 2001 menurun menjadi 1,42 ton/ha sedangkan produksi tahun 2002 sebesar 4,874 ton/ha (BPS NTT, 2003 dalam Lay Y.Y, 2007). Produksi tersebut masi tergolong rendah jika dibandingkan dengan produksi tomat yang ideal yaitu 10-15 ton/ha. Rendahnya produksi ini disebabkan penerapan teknik budidaya belum sesuai dengan yang dianjurkan, antara lain tindakan pemupukan yang dilakukan belum tepat, padahal tanah sebagai media tanam tidak selalu menyediakan unsur hara yang cukup dan tersedia bagi tanaman (Lay Y.Y, 2007).

Wilayah Kupang, Nusa Tenggara Timur khususnya pulau Timor didominasi oleh jenis tanah mediteran dengan luas 1.110.807 ha (Keban, 2001 dalam Lay Y.Y, 2007). Dikemukakan bahwa berdasarkan hasil analisis terhadap sifat kimia, tanah mediteran memiliki pH rendah (asam), Karbon organik rendah, Nitrogen total rendah, fosfor tersedia sangat rendah, Kalsium rendah, Mangan tinggi, Kalium tinggi, Natrium rendah dan kapasitas tukar kation rendah. Dari hasil analisis tersebut mengemukakan bahwa fosfor tersedia dalam jumlah yang sangat rendah. Salah satu cara yang dapat digunakan untuk meningkatkan ketersediaan unsur hara kususnya fosfor untuk meningkatkan produksi tomat adalah dengan penggunaan pupuk organik dan anorganik.

Pupuk kandang sebagai salah satu pupuk organik mengandung unsur hara makro seperti Nitrogen, Fosfor, Kalsium, Magnesium, Sulfur, serta unsur hara mikro seperti Seng, Mangan dan Ferum (Hardjowigeno, 1987 dalam Lay Y.Y, 2007). Pemberian pupuk kandang diharapkan dapat mempertinggi kadar humus, memperbaiki struktur tanah mendorong kehidupan jasad renik, pemacu dan penambah unsur hara. Beberapa penelitian membuktikan bahwa pemberian pupuk kandang berpengaruh positif terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman. Pemberian pupuk kandang berpengaruh positif terhadap pertumbuhan dan hasil kedelai dibadingkan dengan tanpa pemberian pupuk kandang (Buckma dan Brady,1982 dalam Lay Y.Y, 2007). 

Pupuk kandang sapi terdiri dari unsur hara mikro dan makro, dimana unsur P merupakan unsur yang paling rendah dibandingkan dengan unsur lain yakni sebesar 0,2% (Hardjowigeno, 1987 dalam Lay Y.Y, 2007). Untuk mengatasi masalah ketersediaan P yang rendah dan untuk melengkapi kebutuhan P tanaman dapat ditempuh dengan pemberian pupuk P anorganik. Akan tetapi hal ini bukan merupakan tindakan yang efisien, karena dari pupuk yang diberikan hanya sebagian kecil yang dimanfaatkan tanaman(10-20%) sedangkan sebagian besar tertinggal dalam bentuk yang tidak tersedia (Gunardi A.R, 2002).

Fosfor merupakan unsur hara makro kedua setelah N yang mempunyai peran utama yaitu menyimpan dan menyalurkan energi bagi tanaman. Senyawa energi yang paling penting dalam tubuh tanaman adalah dalam bentuk senyawa ADP dan ATP. Energi yang dihasilkan diperlukan untuk setiap proses biologis tanaman, dengan demikian fosfor dibutuhkan tanaman dari pertumbuhan vegetatif sampai pertumbuhan generatif (Anonimous, 1993 dalam Lay Y.Y, 2007). Fosfor berguna bagi tanaman untuk mempercepat pertumbuhan akar semai dan memperkuat akar tanaman muda. Selain itu fosfor dapat berfungsi untuk pembentukan protein tertentu, membantu asimilasi dan pernapasan, mempercepat pembungaan dan pemasakan biji dan buah ( Lingga dan Marsono, 2003 dalam Lay Y.Y, 2007). 

Salah satu cara untuk meningkatkan efisiensi penggunaan pupuk fosfat organik adalah dengan mengkombinasinya dengan pupuk organik. Pemberian pupuk organik kedalam tanah selain memperbaiki sifat fisik dan biologi tanah juga memperbaiki sifat kimia termasuk meningkatkan kesediaan fosfor bagi tanaman. Pelapukan bahan orgbanik akan menghasilkan asm organik yang dapat mengikat Al, Fe, dan Ca sehingga menigkatkan kelarutan P ( Buckman dan Brady,1982 dalam Lay Y.Y, 2007).

Berdasarkan uraian diatas telah dilakukan penelitian tentang “Pengaruh Dosis Pupuk Kandang Kotoran Sapi Dan Pupuk P (Sp36) Terhadap Keragaan Tanaman Dan Hasil Tomat” untuk membuktikan berapa dosis yang cocok untuk penggunaan pupuk kandang sapi dan pupuk P(SP36) terhadap pembudidayaan tomat di NTT kususnya tanah di wilayah timor yang tergolong mediteran dan memiliki pH rendah (asam), Karbon organik rendah, Nitrogen total rendah, fosfor tersedia sangat rendah, Kalsium rendah, Mangan tinggi, Kalium tinggi, Natrium rendah dan kapasitas tukar kation yang rendah.

B. Penyampaian Materi

1. Pengaruh Pupuk Kandang Kotoran Sapi Terhadap Keragaan Tanaman dan Hasil Tomat

Pupuk adalah suatu bahan organik atau anorganik dari bahan alami atau buatan yang diberikan pada tanaman secara lansung atau tidak langsung untuk menambah unsur-unsur haraesensial tertentu bagi pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Terdapat banyak pupk organik di antaranya adalah pupuk kandang (Pitojo,1995)

Pupuk kandang mempunyai daya mengubah semua faktor kesuburan tanah dalam arti yang menguntungkan yakni mempertinggi kadar humus, memperbaiki struktur tanah, mendorong kehidupan jasad renik, pemacu dan penambah zat hara (Buckman dan Brady, 1992). Secara fisik pemberian pupuk kandang dapat meningkatkan kemampuan tanah menahan air dan menaha agregasi serta menetapkannya (Hakim, dkk, 1986). Secara biologis pemberian pupuk kandang berpengaruh terhadap aktivitas metabolisme organisme tanah. Pada penguraian bahan organik oleh mikroorganisme akan dihasilkan zat perekat yang mengikat bagian-bagian tanah menjadi satu (Keban, 2001 dalam Lay Y.Y, 2007).

Pupuk kandang mengandung unsur hara makro seperti N, P, K, Ca, Mg dan Serta unsur hara mikro seperti Zn, Cu Mn dan Se (Hardjowigeno, 1987 dalam Lay Y.Y, 2007). Sebagai pupuk organik, kandungan unsur hara pada kotoran sapi adalah 0,5% N, 0,20% P2O5, 0,54% K2O, 0,75% CaO, 1,8% MgO, dan 0,09% SO3. Hasil penguraian bahan organik terutama pupuk kandang akan menghasilkan zat pengatur tumbuh seperti sitokinin, auksin, giberelin, dimana zat-zat ini berperan dalam pertumbuhan dan produksi tanaman (Kartasapoetra 1998 dalam Lay Y.Y, 2007). 

Penambahan pupuk kandang kedalam tanah alkalin akan membantu meningkatkan ketersediaan P. Pupuk kandang di harapkan dapat mengkelat Ca2+ atau senyawa CaCO3 dari dalam larutan tanah dan membentuk senyawa kompleks dengan asam-asam organik yang sukar larut sehingga konsentrasi Ca2+ berkurang. Hal ini akan meningkatkan ketersediaan fosfat sehingga P diabsorbsi oleh tanaman juga meningkat (Gunardi A.R, 2002). 

Pupuk kandang dikatakan siap pakai untuk pemupukan bila tidak terjadi lagi penguraian oleh mikroba. Dari beberapa hasil penelitian menunjukan bahwa pemberian pupuk kandang dapat meningkat kan produksi tanaman. Pada tanaman tomat pemberian pupuk kandang dengan dosis 200 gram/tanaman atau setara dengan 0,4 ton/ha memberikan hasil bobot buah segar yaitu 402,69 gram/tanaman (Keban, 2001 dalam Lay Y.Y, 2007).

2. Pengaruh Pupuk P Terhadap Keragaan Tanaman dan Hasil Tomat

Pospor di serap tanaman dalam bentuk H2PO4-, HPO42- dan PO42- atau tegantung dari nilai pH tanah. Pospor merupakan unsur hara esensialyang dibutuhkan tanaman dan kedudukan sebagai faktor pembatas pertumbuhan dan produksi tanaman lebih penting dari potasium atau kalium. Namun masalah yang banyak dihadapi adalah ketersediaannya dalam tanah yang sangat sedikit dikarnakan unsur ini mudah mengalami penyerapan oleh mineral liat dan kation Al, Fe, Mn dan Ca (Powerwidodo, 1992 dalam Lay Y.Y, 2007).

Biasanya pada tanah masam, P diabsorbsi dalam bentuk ion orthophospat Primer (HPO4-). Sedangkan pada tanah-tanah alkalin, sebagian kecil di absorbsi dalam bentuk ion orthophospat sekunder (HPO42-). Keberadaan P didalam tanah sangat rendah, hal ini disebabkan oleh jumlah p dalam tanah sedikit. Disamping itu sebagian besar P tanah tikdak dapat dimanfaatkan oleh tanaman karena berada dalam bentuk tidak tersedia. Pada tanah masam terjadi pengikatan (fiksasi)oleh Al sedangkan pada tanah alkalis P difiksasi oleh Ca2+ dan CaCO3. Faktor yang mempengaruhi P untuk tanaman yang terpenting adalah pH tanah. Pospor paling mudah di separ oleh tanaman adalah pada pH sekitar netral 6-7 (Hardjowigeno, 1986 dalam Lay Y.Y, 2007).

Fungsi P antara lain mempercepat pertumbuhan akar semai, memperkuat akar tanaman muda, mempercepat pembungaan dan pemasakan buah serta meningkatkan produksi biji-bijian. Sebagian besar pospor dalam tanah berfungsi sebagai zat pembangun dan terikat dalam senyawa organik. Hanya sebagian kecil saja yang terdapat dalam bentuk anorganik. Sebagai ion fosfat (Rinsema, 1983 dalam Lay Y.Y, 2007). 

Menurut Cahyono (1998) dalam Lay Y.Y, (2007), dosis P anjuran untuk tanaman tomat adalah 750 kg/ha, sedangkan hasil penelitian menunjukan bahwa pemberian dosis pupuk 300 kg/ha memberikan hasil biji kering kacang tunggak sebesar 1,36 ton/ha. Penelitian lain menunjukan adanya pengaruh yang nyata dari dosis P terhadap produksi gabah kering, dan peningkatan dosis P menyebabkan kenaikan yang nyata pada padi sawah (Meru at al,1981 dalam Lay Y.Y, 2007). Pemberian pupuk P dengan dosis 150 kg/ha dapat meningkatkan hasil tanaman jagung (Lesem, 2003 dalam Lay Y.Y, 2007)

Dengan demikian wilayah Kupang, Nusa Tenggara Timur khususnya pulau Timor yang didominasi oleh jenis tanah mediteran dapat menjadi media tanam yang baik bagi tanaman tomat apabila dikombinasikan pupuk kandang sapi dengan pupuk P (SP36) sesuai dosis yang di anjurkan.

C. Penutup

Dari uraian panjang diatas maka kita dapat membudidayakan tomat di wilayah Kupang, Nusa Tenggara Timur khususnya pulau Timor yang didominasi oleh jenis tanah mediteran dengan kombinasi pemberian dosis pupuk kandang kotoran sapi dan dosis pupuk P (SP36).
Lay Y.Y, (2007) dalam penelitiannya mengemukakan bahwa pemberian dosis pupuk kandang kotoran sapi dan dosis pupuk P (SP36) memberikan pengaruh yang nyata pada jumlah buah per tanaman dan bobot segar buah tomat per tanaman.
Lay Y.Y, (2007) mengemukakan pula bahwa kombinasi pemberian pupuk pada tanaman tomat yang tepat adalah pupuk kandang 112,5 gram/polybag, setara dengan 15 ton/ha dan SP36 10,41 gram/polybag, setara dengan 500 kg/ha.
Berdasarkan hasil penelitian tersebut, maka disarankan apabila tanaman tomat dipupuk dengan pupuk kandang kotoran sapi sebanyak 112,5 gram/polybag atau setara dengan 250 ton/ha maka perlu ditambahkan pupuk P (SP36) sebagai kombinasi pupuk kandang kotoran sapi dengan dosis 10,41 gram SP36/polybag atau setara dengan 500 kg SP36/ha untuk dapat memberikan jumlah buah pertanaman tertinggi (1,147 buah pertanaman) dan bobot buah segar pertanaman tertinggi (339,51 gramtanaman). Dengan menggunakan pupuk organik kotoran sapi dapat menekan penggunaan pupuk anorganik P (SP36).

Sumber Bacaan ;

Gunardi, A. R. 2002. Pengaruh Dosis Pupuk P dan Bokashi pada Tanah Rendzina
 Terhadap P- Tersedia, Serapan- P dan hasil Kedelai. Skripsi Fakultas Pertanian Undana, Kupang, NTT.

Lay, Y. Y. 2007. Pengaruh Dosis Pupuk Kandang Kotoran Sapi Dan Pupuk
 P(Sp36) Terhadap Keragaan Tanaman Dan Hasil Tomat. Skripsi Fakultas Pertanian Undana, Kupang, NTT.

Foto At Ukar