Laman

Rabu, 29 Juni 2011

Materi Penyuluhan Pertanian - Membudidayakan Tomat di Pulau Timor dengan Kombinasi Pemberian Dosis Pupuk Kandang Kotoran Sapi dan Dosis Pupuk P (SP36) Memberikan Pengaruh Yang Nyata Pada Jumlah Buah per Tanaman dan Bobot Segar Buah Tomat per Tanaman


A. Pendahuluan

Tomat (Lycopersicum esculentum Mill) merupakan salah satu jenis sayuran yang sangat dikenal dikalangangan masyarakat rasa buahnya yang manis-manis asam dapat memberikan kesegaran pada tubuh dan cita rasanya berbeda dengan buah-buahan lainnya. Secara umum dalam setiap 100 gram tomat mengandung vitamin A 150 SI, vitamin B 0,06 mg, dan vitamin C 40 mg, karbohidrat 4,2 g, lemak 0,39 g, kalsium 5 mg dan kalori (Cahyono, 1998 dalam Lay Y.Y, 2007). Sebagian masyarakat mengunanakan buah tomat untuk terapi pengobatan karna mengandung karotin yang berfungsi sebagai pembentuk provitamin A dan lycopen yang mampu mecegah kanker, mengobati penyakit yang disebabkan oleh kekurangan vitamin C, membantu mengobati penyakit gigi dan gusi (Rukmana,2001 dalam Lay Y.Y, 2007).

Di Nusa Tenggara Timur, produksi tomat tahun 2000 sebesar 2,507 ton/ha, namun pada tahun 2001 menurun menjadi 1,42 ton/ha sedangkan produksi tahun 2002 sebesar 4,874 ton/ha (BPS NTT, 2003 dalam Lay Y.Y, 2007). Produksi tersebut masi tergolong rendah jika dibandingkan dengan produksi tomat yang ideal yaitu 10-15 ton/ha. Rendahnya produksi ini disebabkan penerapan teknik budidaya belum sesuai dengan yang dianjurkan, antara lain tindakan pemupukan yang dilakukan belum tepat, padahal tanah sebagai media tanam tidak selalu menyediakan unsur hara yang cukup dan tersedia bagi tanaman (Lay Y.Y, 2007).

Wilayah Kupang, Nusa Tenggara Timur khususnya pulau Timor didominasi oleh jenis tanah mediteran dengan luas 1.110.807 ha (Keban, 2001 dalam Lay Y.Y, 2007). Dikemukakan bahwa berdasarkan hasil analisis terhadap sifat kimia, tanah mediteran memiliki pH rendah (asam), Karbon organik rendah, Nitrogen total rendah, fosfor tersedia sangat rendah, Kalsium rendah, Mangan tinggi, Kalium tinggi, Natrium rendah dan kapasitas tukar kation rendah. Dari hasil analisis tersebut mengemukakan bahwa fosfor tersedia dalam jumlah yang sangat rendah. Salah satu cara yang dapat digunakan untuk meningkatkan ketersediaan unsur hara kususnya fosfor untuk meningkatkan produksi tomat adalah dengan penggunaan pupuk organik dan anorganik.

Pupuk kandang sebagai salah satu pupuk organik mengandung unsur hara makro seperti Nitrogen, Fosfor, Kalsium, Magnesium, Sulfur, serta unsur hara mikro seperti Seng, Mangan dan Ferum (Hardjowigeno, 1987 dalam Lay Y.Y, 2007). Pemberian pupuk kandang diharapkan dapat mempertinggi kadar humus, memperbaiki struktur tanah mendorong kehidupan jasad renik, pemacu dan penambah unsur hara. Beberapa penelitian membuktikan bahwa pemberian pupuk kandang berpengaruh positif terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman. Pemberian pupuk kandang berpengaruh positif terhadap pertumbuhan dan hasil kedelai dibadingkan dengan tanpa pemberian pupuk kandang (Buckma dan Brady,1982 dalam Lay Y.Y, 2007). 

Pupuk kandang sapi terdiri dari unsur hara mikro dan makro, dimana unsur P merupakan unsur yang paling rendah dibandingkan dengan unsur lain yakni sebesar 0,2% (Hardjowigeno, 1987 dalam Lay Y.Y, 2007). Untuk mengatasi masalah ketersediaan P yang rendah dan untuk melengkapi kebutuhan P tanaman dapat ditempuh dengan pemberian pupuk P anorganik. Akan tetapi hal ini bukan merupakan tindakan yang efisien, karena dari pupuk yang diberikan hanya sebagian kecil yang dimanfaatkan tanaman(10-20%) sedangkan sebagian besar tertinggal dalam bentuk yang tidak tersedia (Gunardi A.R, 2002).

Fosfor merupakan unsur hara makro kedua setelah N yang mempunyai peran utama yaitu menyimpan dan menyalurkan energi bagi tanaman. Senyawa energi yang paling penting dalam tubuh tanaman adalah dalam bentuk senyawa ADP dan ATP. Energi yang dihasilkan diperlukan untuk setiap proses biologis tanaman, dengan demikian fosfor dibutuhkan tanaman dari pertumbuhan vegetatif sampai pertumbuhan generatif (Anonimous, 1993 dalam Lay Y.Y, 2007). Fosfor berguna bagi tanaman untuk mempercepat pertumbuhan akar semai dan memperkuat akar tanaman muda. Selain itu fosfor dapat berfungsi untuk pembentukan protein tertentu, membantu asimilasi dan pernapasan, mempercepat pembungaan dan pemasakan biji dan buah ( Lingga dan Marsono, 2003 dalam Lay Y.Y, 2007). 

Salah satu cara untuk meningkatkan efisiensi penggunaan pupuk fosfat organik adalah dengan mengkombinasinya dengan pupuk organik. Pemberian pupuk organik kedalam tanah selain memperbaiki sifat fisik dan biologi tanah juga memperbaiki sifat kimia termasuk meningkatkan kesediaan fosfor bagi tanaman. Pelapukan bahan orgbanik akan menghasilkan asm organik yang dapat mengikat Al, Fe, dan Ca sehingga menigkatkan kelarutan P ( Buckman dan Brady,1982 dalam Lay Y.Y, 2007).

Berdasarkan uraian diatas telah dilakukan penelitian tentang “Pengaruh Dosis Pupuk Kandang Kotoran Sapi Dan Pupuk P (Sp36) Terhadap Keragaan Tanaman Dan Hasil Tomat” untuk membuktikan berapa dosis yang cocok untuk penggunaan pupuk kandang sapi dan pupuk P(SP36) terhadap pembudidayaan tomat di NTT kususnya tanah di wilayah timor yang tergolong mediteran dan memiliki pH rendah (asam), Karbon organik rendah, Nitrogen total rendah, fosfor tersedia sangat rendah, Kalsium rendah, Mangan tinggi, Kalium tinggi, Natrium rendah dan kapasitas tukar kation yang rendah.

B. Penyampaian Materi

1. Pengaruh Pupuk Kandang Kotoran Sapi Terhadap Keragaan Tanaman dan Hasil Tomat

Pupuk adalah suatu bahan organik atau anorganik dari bahan alami atau buatan yang diberikan pada tanaman secara lansung atau tidak langsung untuk menambah unsur-unsur haraesensial tertentu bagi pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Terdapat banyak pupk organik di antaranya adalah pupuk kandang (Pitojo,1995)

Pupuk kandang mempunyai daya mengubah semua faktor kesuburan tanah dalam arti yang menguntungkan yakni mempertinggi kadar humus, memperbaiki struktur tanah, mendorong kehidupan jasad renik, pemacu dan penambah zat hara (Buckman dan Brady, 1992). Secara fisik pemberian pupuk kandang dapat meningkatkan kemampuan tanah menahan air dan menaha agregasi serta menetapkannya (Hakim, dkk, 1986). Secara biologis pemberian pupuk kandang berpengaruh terhadap aktivitas metabolisme organisme tanah. Pada penguraian bahan organik oleh mikroorganisme akan dihasilkan zat perekat yang mengikat bagian-bagian tanah menjadi satu (Keban, 2001 dalam Lay Y.Y, 2007).

Pupuk kandang mengandung unsur hara makro seperti N, P, K, Ca, Mg dan Serta unsur hara mikro seperti Zn, Cu Mn dan Se (Hardjowigeno, 1987 dalam Lay Y.Y, 2007). Sebagai pupuk organik, kandungan unsur hara pada kotoran sapi adalah 0,5% N, 0,20% P2O5, 0,54% K2O, 0,75% CaO, 1,8% MgO, dan 0,09% SO3. Hasil penguraian bahan organik terutama pupuk kandang akan menghasilkan zat pengatur tumbuh seperti sitokinin, auksin, giberelin, dimana zat-zat ini berperan dalam pertumbuhan dan produksi tanaman (Kartasapoetra 1998 dalam Lay Y.Y, 2007). 

Penambahan pupuk kandang kedalam tanah alkalin akan membantu meningkatkan ketersediaan P. Pupuk kandang di harapkan dapat mengkelat Ca2+ atau senyawa CaCO3 dari dalam larutan tanah dan membentuk senyawa kompleks dengan asam-asam organik yang sukar larut sehingga konsentrasi Ca2+ berkurang. Hal ini akan meningkatkan ketersediaan fosfat sehingga P diabsorbsi oleh tanaman juga meningkat (Gunardi A.R, 2002). 

Pupuk kandang dikatakan siap pakai untuk pemupukan bila tidak terjadi lagi penguraian oleh mikroba. Dari beberapa hasil penelitian menunjukan bahwa pemberian pupuk kandang dapat meningkat kan produksi tanaman. Pada tanaman tomat pemberian pupuk kandang dengan dosis 200 gram/tanaman atau setara dengan 0,4 ton/ha memberikan hasil bobot buah segar yaitu 402,69 gram/tanaman (Keban, 2001 dalam Lay Y.Y, 2007).

2. Pengaruh Pupuk P Terhadap Keragaan Tanaman dan Hasil Tomat

Pospor di serap tanaman dalam bentuk H2PO4-, HPO42- dan PO42- atau tegantung dari nilai pH tanah. Pospor merupakan unsur hara esensialyang dibutuhkan tanaman dan kedudukan sebagai faktor pembatas pertumbuhan dan produksi tanaman lebih penting dari potasium atau kalium. Namun masalah yang banyak dihadapi adalah ketersediaannya dalam tanah yang sangat sedikit dikarnakan unsur ini mudah mengalami penyerapan oleh mineral liat dan kation Al, Fe, Mn dan Ca (Powerwidodo, 1992 dalam Lay Y.Y, 2007).

Biasanya pada tanah masam, P diabsorbsi dalam bentuk ion orthophospat Primer (HPO4-). Sedangkan pada tanah-tanah alkalin, sebagian kecil di absorbsi dalam bentuk ion orthophospat sekunder (HPO42-). Keberadaan P didalam tanah sangat rendah, hal ini disebabkan oleh jumlah p dalam tanah sedikit. Disamping itu sebagian besar P tanah tikdak dapat dimanfaatkan oleh tanaman karena berada dalam bentuk tidak tersedia. Pada tanah masam terjadi pengikatan (fiksasi)oleh Al sedangkan pada tanah alkalis P difiksasi oleh Ca2+ dan CaCO3. Faktor yang mempengaruhi P untuk tanaman yang terpenting adalah pH tanah. Pospor paling mudah di separ oleh tanaman adalah pada pH sekitar netral 6-7 (Hardjowigeno, 1986 dalam Lay Y.Y, 2007).

Fungsi P antara lain mempercepat pertumbuhan akar semai, memperkuat akar tanaman muda, mempercepat pembungaan dan pemasakan buah serta meningkatkan produksi biji-bijian. Sebagian besar pospor dalam tanah berfungsi sebagai zat pembangun dan terikat dalam senyawa organik. Hanya sebagian kecil saja yang terdapat dalam bentuk anorganik. Sebagai ion fosfat (Rinsema, 1983 dalam Lay Y.Y, 2007). 

Menurut Cahyono (1998) dalam Lay Y.Y, (2007), dosis P anjuran untuk tanaman tomat adalah 750 kg/ha, sedangkan hasil penelitian menunjukan bahwa pemberian dosis pupuk 300 kg/ha memberikan hasil biji kering kacang tunggak sebesar 1,36 ton/ha. Penelitian lain menunjukan adanya pengaruh yang nyata dari dosis P terhadap produksi gabah kering, dan peningkatan dosis P menyebabkan kenaikan yang nyata pada padi sawah (Meru at al,1981 dalam Lay Y.Y, 2007). Pemberian pupuk P dengan dosis 150 kg/ha dapat meningkatkan hasil tanaman jagung (Lesem, 2003 dalam Lay Y.Y, 2007)

Dengan demikian wilayah Kupang, Nusa Tenggara Timur khususnya pulau Timor yang didominasi oleh jenis tanah mediteran dapat menjadi media tanam yang baik bagi tanaman tomat apabila dikombinasikan pupuk kandang sapi dengan pupuk P (SP36) sesuai dosis yang di anjurkan.

C. Penutup

Dari uraian panjang diatas maka kita dapat membudidayakan tomat di wilayah Kupang, Nusa Tenggara Timur khususnya pulau Timor yang didominasi oleh jenis tanah mediteran dengan kombinasi pemberian dosis pupuk kandang kotoran sapi dan dosis pupuk P (SP36).
Lay Y.Y, (2007) dalam penelitiannya mengemukakan bahwa pemberian dosis pupuk kandang kotoran sapi dan dosis pupuk P (SP36) memberikan pengaruh yang nyata pada jumlah buah per tanaman dan bobot segar buah tomat per tanaman.
Lay Y.Y, (2007) mengemukakan pula bahwa kombinasi pemberian pupuk pada tanaman tomat yang tepat adalah pupuk kandang 112,5 gram/polybag, setara dengan 15 ton/ha dan SP36 10,41 gram/polybag, setara dengan 500 kg/ha.
Berdasarkan hasil penelitian tersebut, maka disarankan apabila tanaman tomat dipupuk dengan pupuk kandang kotoran sapi sebanyak 112,5 gram/polybag atau setara dengan 250 ton/ha maka perlu ditambahkan pupuk P (SP36) sebagai kombinasi pupuk kandang kotoran sapi dengan dosis 10,41 gram SP36/polybag atau setara dengan 500 kg SP36/ha untuk dapat memberikan jumlah buah pertanaman tertinggi (1,147 buah pertanaman) dan bobot buah segar pertanaman tertinggi (339,51 gramtanaman). Dengan menggunakan pupuk organik kotoran sapi dapat menekan penggunaan pupuk anorganik P (SP36).

Sumber Bacaan ;

Gunardi, A. R. 2002. Pengaruh Dosis Pupuk P dan Bokashi pada Tanah Rendzina
 Terhadap P- Tersedia, Serapan- P dan hasil Kedelai. Skripsi Fakultas Pertanian Undana, Kupang, NTT.

Lay, Y. Y. 2007. Pengaruh Dosis Pupuk Kandang Kotoran Sapi Dan Pupuk
 P(Sp36) Terhadap Keragaan Tanaman Dan Hasil Tomat. Skripsi Fakultas Pertanian Undana, Kupang, NTT.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar