Laman

Kamis, 26 September 2013

Dampak LEIA ‘DISINTEGRASI EKONOMI SOSIAL BUDAYA’



Pendahuluan
http://orangstres76.files.wordpress.com/2013/08/1260d-tanah-subur.jpg?w=320&h=240Sistem pertanian berkelanjutan memiliki lima dimensi/pandangan, yaitu nuansa ekologis, kelayakan ekonomis, kepantasan budaya, kesadaran sosial, dan pendekatan holistic yang bertujuan untuk mewujudkan ketahanan pangan, meningkatkan mutu sumber daya manusia, meningkatkan kualitas hidup, dan menjaga kelestarian sumber daya melalui strategi kerja keras proaktif, pengalaman nyata, partisipatif, dan dinamis.  Istilah sistem pertanian berkelanjutan yang popular adalah: better environment, better farming, and better living.
Ada beberapa aspek yang perlu diperhatikan dalam pertanian global; aspek sosial, ekonomi, dan  aspek ekologi. Aspek ekonomi, menunjukkan kinerja pertanian bisa dinilai secara parsial dengan membandingkan produksi pangan, bahan serabut, dan  bahan bakar kayu dengan kebutuhan untuk produk-produk ini dalam suatu daerah atau Negara dan membandingkan tingkat pertumbuhan produksi pertanian dengan tingkat pertumbuhan penduduk. Aspek ekologi, masalah lingkungan di Negara-negara berkembang sebagian besar disebabkan karena  eksploitasi lahan yang berlebihan, perluasan penanaman, dan pengundulan  hutan.
LEIA (Low external input agriculture) dipraktekkan di daerah yang dibersifat kompleks, beragam, dan rentan risiko. Dipandang dari segi luas, LEIA paling banyak dijumpai di wilayah subsahara Afrika. Areal LEIA semakin meluas seiring dengan meningkatnya pemiskinan penduduk pedesaan di banyak negara dengan input luar yang semakin mahal  dan dengan semakin tidak mampunya  pemerintah negara-negara berkembang, yang terjerat utang dan tidak memproduksi input HEIA sendiri, mengimpor input tersebut.
Penggunaan LEIA secara berlebihan pada usaha tani dengan lahan sempit serta perluasannya kelahan pertanian baru yang seringkali marginal, mengakibatkan penggundulan hutan, degradasi tanah, dan peningkatan kerentanan terhadap serangan hama, penyakit, hujan amat deras dan kemarau berkepanjangan. Banyak sistem pemanfataan lahan tropis tengah berada pada keadaan menurunnya kandungan unsur hara, hilangnya vegetasi  pelindung, erosi tanah, dan disintegrasi ekonomi, sosial dan budaya.

Pembahasan
1.1.         Pertanian di Daerah Tropis
Pada mulanya, pertanian di daerah tropis bergantung pada sumber daya alam, pengetahuan, keterampilan, dan institusi lokal. Sistem-sistem pertanian yang bermacam-macam dan khas setempat telah berkembang melalui proses mencoba-coba yang panjang di mana akhirnya ditemukan keseimbangan antara masyarakat dan basis sumber dayanya. Biasanya, produksi ditujukan pada keluarga dan masyarakat subsisten. Cara kerja sama antar anggota masyarakat telah dikembangkan dengan baik.
            Sistem pertanian tradisonal terus dikembangkan dalam suatu interaksi yang konstan dengan budaya dan ekologi lokal.Ketika kondisi untuk bertani berubah, misalnya karena pertumbuhan jumlah penduduk atau pengaruh nilai-nilai asing, sistem pertanian juga mengalami perubahan. Di mana adaptasi terhadap tekanan yang baru itu tidak cukup cepat, basis sumber daya alam secara perlahan menjadi rusak, seperti halnya bagi masyarakat yang bergantung pada sumber daya tersebut.
            Sebagai respon terhadap pengaruh asing dan kebutuhan serta  aspirasi yang semakin besar dari penduduk yang jumlahnya semakin meningkat, maka sistem pertanian di daerah tropis cenderung berubah ke salah satu dari dua keadaan ekstrem:
  1. Penggunaan input luar secara besar-besaran; selanjutnya akan disebut (HEIA).
  2. Pemanfaatan sumber daya lokal yang semakin intensif dengan sedikit atau sama sekali tak menggunakan input luar, hingga terjadi degradasi sumber daya alam; selanjutnya disebut (LEIA).
HEIA (Height external input agriculture) sangat tergantung pada  input kimia  buatan (pupuk, pestisida), benih hibrida, mekanisasi dengan memanfaatkan bahan bakar minyak dan juga irigasi. Sistem pertanian ini mengkonsumsi sumber-sumber  yang tak dapat diperbarui, seperti minyak bumi dan fosfat dalam tingkat yang membahayakan.  Sistem pertanian seperti ini berorientasi pasar dan membutuhkan modal besar. Uang tunai yang diperlukan untuk membeli input buatan seringkali diperoleh dengan menjual produk pertanian. HEIA hanya dimungkinkan di daerah di mana kondisi ekologinya  relatif seragam dan bisa dengan mudah dikendalikan (misalnya daerah irigasi) dan di mana pelayanan penyaluran, penyuluhan, dan pemasaran serta transportasinya baik. HEIA bisa ditemukan pada daerah yang “kaya sumber daya alam” dan ”berpotensi besar” di negara-negara berkembang dan paling  tersebar di Asia.
Namun demikian, pemanfaatan input buatan yang berlebihan dan tidak seimbang dalam sistem HEIA bisa menimbulkan dampak besar terhadap situasi ekologi, ekonomi, dan sosiopolitik. Apa yang diperkenalkan oleh HEIA dengan bendera “revolusi hijau” telah menyalurkan sumber daya investasi yang langka ke dalam sistem pertanian dengan modal besar di beberapa daerah yang menyebabkan daerah menjadi sangat bergantung pada impor peralatan, benih, serta input lainnya.
Ada  dua kekeliruan penilaian yang telah dilakukan sebelum pengenalan “revolusi hijau” sebagai berikut:
  1. Tidak terduga peningkatan harga pupuk kimia dan bahan bakar minyak serta penurunan harga-harga di pasar dunia internasional sebagai akibat produksi biji-bijian dunia yang berlebihan. Perubahan ini mengakibatkan harga yang lebih tinggi di tingkat konsumen, sedangkan yang tidak diperkirakan adalah harga yang lebih rendah di tingkat produsen. Yang pertama diuntungkan adalah para suplaier pupuk buatan dan bahan bakar minyak.
  2. Tidak terduganya ketergantungan yang semakin meningkat terhadap pestisida dan pupuk buatan. Input  tersebut telah mencemari sungai dan air tanah dalam tingkat yang membahayakan manusia.
LEIA (Low external input agriculture) dipraktekkan di daerah yang dibersifat kompleks, beragam, dan rentan risiko. Dipandang dari segi luas, LEIA paling banyak dijumpai di wilayah subsahara Afrika. Areal LEIA semakin meluas seiring dengan meningkatnya pemiskinan penduduk pedesaan di banyak negara dengan input luar yang semakin mahal  dan dengan semakin tidak mampunya  pemerintah negara-negara berkembang, yang terjerat utang dan tidak memproduksi input HEIA sendiri, mengimpor input tersebut.
Penggunaan LEIA secara berlebihan pada usaha tani dengan lahan sempit serta perluasannya kelahan pertanian baru yang seringkali marginal, mengakibatkan penggundulan hutan, degradasi tanah, dan peningkatan kerentanan terhadap serangan hama, penyakit, hujan amat deras dan kemarau berkepanjangan. Banyak sistem pemanfataan lahan tropis tengah berada pada keadaan menurunnya kandungan unsur hara, hilangnya vegetasi  pelindung, erosi tanah, dan disintegrasi ekonomi, dan budaya.
Dalam sistem LEIA yang berfungsi dengan baik, tanaman, pepohonan, tumbuhan perdu lainnya, dan hewan tidak hanya memiliki fungsi produktif, tetapi juga memiliki fungsi ekologis, seperti menghasilkan bahan organik, memompa unsur hara, membuat cadangan unsur  hara dalam tanah, melindungi tanaman secara alami, dan mengendalikan erosi. Fungsi-fungsi ini menunjang keberlanjutan dan stabilitas usaha tani dan bisa dilihat sebagai penghasil input dalam.
Dengan menyeleksi dan memuliakan tanaman dan ternak, masyarakat memperkuat kemampuan mereka untuk mengubah input menjadi produk yang berguna. Dalam proses ini, sifat-sifat yang lain seperti  ketahanan alami atau kemampuan bersaing akan hilang. 
Dalam sistem HEIA, penggantian fungsi-fungsi ekologis oleh manusia ini telah berjalan lebih jauh daripada yang terjadi dalam sistem LEIA.  Keragaman diganti dengan keseragaman karena alasan efisiensi teknologi dan peluang pasar.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar