Pendahuluan
Sistem pertanian
berkelanjutan memiliki lima dimensi/pandangan, yaitu nuansa ekologis, kelayakan
ekonomis, kepantasan budaya, kesadaran sosial, dan pendekatan holistic yang
bertujuan untuk mewujudkan ketahanan pangan, meningkatkan mutu sumber daya
manusia, meningkatkan kualitas hidup, dan menjaga kelestarian sumber daya
melalui strategi kerja keras proaktif, pengalaman nyata, partisipatif, dan
dinamis. Istilah sistem pertanian berkelanjutan yang popular adalah: better
environment, better farming, and better living.
Ada beberapa aspek
yang perlu diperhatikan dalam pertanian global; aspek sosial, ekonomi,
dan aspek ekologi. Aspek ekonomi, menunjukkan kinerja pertanian bisa
dinilai secara parsial dengan membandingkan produksi pangan, bahan serabut,
dan bahan bakar kayu dengan kebutuhan untuk produk-produk ini dalam suatu
daerah atau Negara dan membandingkan tingkat pertumbuhan produksi pertanian
dengan tingkat pertumbuhan penduduk. Aspek ekologi, masalah lingkungan di
Negara-negara berkembang sebagian besar disebabkan karena eksploitasi
lahan yang berlebihan, perluasan penanaman, dan pengundulan hutan.
LEIA (Low external input agriculture) dipraktekkan di daerah yang
dibersifat kompleks, beragam, dan rentan risiko. Dipandang dari segi luas, LEIA
paling banyak dijumpai di wilayah subsahara Afrika. Areal LEIA semakin meluas
seiring dengan meningkatnya pemiskinan penduduk pedesaan di banyak negara
dengan input luar yang semakin mahal dan dengan semakin tidak mampunya
pemerintah negara-negara berkembang, yang terjerat utang dan tidak memproduksi input
HEIA sendiri, mengimpor input tersebut.
Penggunaan LEIA secara berlebihan pada usaha tani dengan lahan sempit serta
perluasannya kelahan pertanian baru yang seringkali marginal, mengakibatkan
penggundulan hutan, degradasi tanah, dan peningkatan kerentanan terhadap
serangan hama, penyakit, hujan amat deras dan kemarau berkepanjangan. Banyak
sistem pemanfataan lahan tropis tengah berada pada keadaan menurunnya kandungan
unsur hara, hilangnya vegetasi pelindung, erosi tanah, dan disintegrasi ekonomi, sosial dan budaya.
Pembahasan
1.1. Pertanian di Daerah Tropis
Pada mulanya, pertanian di daerah tropis bergantung pada sumber daya alam,
pengetahuan, keterampilan, dan institusi lokal. Sistem-sistem pertanian yang
bermacam-macam dan khas setempat telah berkembang melalui proses mencoba-coba
yang panjang di mana akhirnya ditemukan keseimbangan antara masyarakat dan
basis sumber dayanya. Biasanya, produksi
ditujukan pada keluarga dan masyarakat subsisten. Cara kerja sama antar anggota
masyarakat telah dikembangkan dengan baik.
Sistem pertanian tradisonal terus dikembangkan dalam suatu interaksi yang
konstan dengan budaya dan ekologi lokal.Ketika kondisi untuk bertani berubah,
misalnya karena pertumbuhan jumlah penduduk atau pengaruh nilai-nilai asing,
sistem pertanian juga mengalami perubahan. Di mana adaptasi terhadap tekanan
yang baru itu tidak cukup cepat, basis sumber daya alam secara perlahan menjadi
rusak, seperti halnya bagi masyarakat yang bergantung pada sumber daya
tersebut.
Sebagai respon terhadap pengaruh asing dan kebutuhan serta aspirasi yang
semakin besar dari penduduk yang jumlahnya semakin meningkat, maka sistem
pertanian di daerah tropis cenderung berubah ke salah satu dari dua keadaan
ekstrem:
- Penggunaan input luar secara besar-besaran; selanjutnya akan disebut (HEIA).
- Pemanfaatan sumber daya lokal yang semakin intensif dengan sedikit atau sama sekali tak menggunakan input luar, hingga terjadi degradasi sumber daya alam; selanjutnya disebut (LEIA).
HEIA (Height external input agriculture) sangat tergantung
pada input kimia buatan (pupuk, pestisida), benih hibrida,
mekanisasi dengan memanfaatkan bahan bakar minyak dan juga irigasi. Sistem
pertanian ini mengkonsumsi sumber-sumber yang tak dapat diperbarui,
seperti minyak bumi dan fosfat dalam tingkat yang membahayakan. Sistem pertanian seperti ini
berorientasi pasar dan membutuhkan modal besar. Uang tunai yang diperlukan
untuk membeli input buatan seringkali diperoleh dengan menjual produk
pertanian. HEIA hanya dimungkinkan di daerah di mana kondisi ekologinya
relatif seragam dan bisa dengan mudah dikendalikan (misalnya daerah
irigasi) dan di mana pelayanan penyaluran, penyuluhan, dan pemasaran serta
transportasinya baik. HEIA bisa ditemukan pada daerah yang “kaya sumber daya
alam” dan ”berpotensi besar” di negara-negara berkembang dan paling
tersebar di Asia.
Namun demikian, pemanfaatan input buatan yang berlebihan dan tidak
seimbang dalam sistem HEIA bisa menimbulkan dampak besar terhadap situasi
ekologi, ekonomi, dan sosiopolitik. Apa yang diperkenalkan oleh HEIA dengan
bendera “revolusi hijau” telah menyalurkan sumber daya investasi yang langka ke
dalam sistem pertanian dengan modal besar di beberapa daerah yang menyebabkan
daerah menjadi sangat bergantung pada impor peralatan, benih, serta input lainnya.
Ada dua kekeliruan penilaian yang telah dilakukan sebelum pengenalan
“revolusi hijau” sebagai berikut:
- Tidak terduga peningkatan harga pupuk kimia dan bahan bakar minyak serta penurunan harga-harga di pasar dunia internasional sebagai akibat produksi biji-bijian dunia yang berlebihan. Perubahan ini mengakibatkan harga yang lebih tinggi di tingkat konsumen, sedangkan yang tidak diperkirakan adalah harga yang lebih rendah di tingkat produsen. Yang pertama diuntungkan adalah para suplaier pupuk buatan dan bahan bakar minyak.
- Tidak terduganya ketergantungan yang semakin meningkat terhadap pestisida dan pupuk buatan. Input tersebut telah mencemari sungai dan air tanah dalam tingkat yang membahayakan manusia.
LEIA (Low external input agriculture) dipraktekkan di daerah yang
dibersifat kompleks, beragam, dan rentan risiko. Dipandang dari segi luas, LEIA
paling banyak dijumpai di wilayah subsahara Afrika. Areal LEIA semakin meluas
seiring dengan meningkatnya pemiskinan penduduk pedesaan di banyak negara
dengan input luar yang semakin mahal dan dengan semakin tidak
mampunya pemerintah negara-negara berkembang, yang terjerat utang dan
tidak memproduksi input HEIA sendiri, mengimpor input tersebut.
Penggunaan LEIA secara berlebihan pada usaha tani dengan lahan sempit serta
perluasannya kelahan pertanian baru yang seringkali marginal, mengakibatkan
penggundulan hutan, degradasi tanah, dan peningkatan kerentanan terhadap
serangan hama, penyakit, hujan amat deras dan kemarau berkepanjangan. Banyak
sistem pemanfataan lahan tropis tengah berada pada keadaan menurunnya kandungan
unsur hara, hilangnya vegetasi pelindung, erosi tanah, dan disintegrasi
ekonomi, dan budaya.
Dalam sistem LEIA yang berfungsi dengan baik, tanaman, pepohonan,
tumbuhan perdu lainnya, dan hewan tidak hanya memiliki fungsi
produktif, tetapi juga memiliki fungsi ekologis, seperti menghasilkan bahan
organik, memompa unsur hara, membuat cadangan unsur hara dalam tanah,
melindungi tanaman secara alami, dan mengendalikan erosi. Fungsi-fungsi ini
menunjang keberlanjutan dan stabilitas usaha tani dan bisa dilihat sebagai
penghasil input dalam.
Dengan menyeleksi dan memuliakan tanaman dan ternak, masyarakat memperkuat
kemampuan mereka untuk mengubah input menjadi produk yang berguna. Dalam
proses ini, sifat-sifat yang lain seperti ketahanan alami atau kemampuan
bersaing akan hilang.
Dalam
sistem HEIA, penggantian fungsi-fungsi ekologis oleh manusia ini telah berjalan
lebih jauh daripada yang terjadi dalam sistem LEIA. Keragaman diganti
dengan keseragaman karena alasan efisiensi teknologi dan peluang pasar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar